Menumbuhkan Toleransi dengan Mengenal Keberagaman

PGI — Jakarta. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sangat toleran. Karena itu, di negeri kepulauan yang beragam suku, adat/budaya, dan agama/kepercayaan ini, kehidupan masyarakat masih kuat saling menghormati akan perbedaan tersebut. Meskipun belakangan ini bangsa Indonesia dirongrong oleh kelompok-kelompok intoleran yang terjadi di beberapa tempat dengan menumbuhkan kebencian dan sentimen agama, namun kelompok-kelompok intoleran tersebut terbukti tidak mampu mematahkan kekuatan budaya toleransi masyarakat yang masih teguh dipegang hingga saat ini.

Kita memang harus berusaha secara terus-menerus memelihara kehidupan toleransi di masyarakat agar kelompok-kelompok intoleransi tidak mampu mempengaruhi dan memprovokasi masyarakat terpancing bertindak melakukan kekerasan dan intoleran.

Salah satu usaha yang dilakukan beberapa organisasi keagamaan atau lintas agama/iman adalah program Peace in Diversity (Perdamaian dalam Keberagaman). Pada 2014, Program Peace in Diversity (PID) dilaksanakan oleh Departemen Pemuda dan Remaja (Depera) PGI, Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), The Wahid Insitiute, dan didukung Mission 21. Acara PID ini berlangsung sejak 27-28 September 2014 di Jakarta dengan mengunjungi beberapa rumah ibadah antara lain: Gereja Katedral Jakarta, Masjid Istiqal, Vihara Mahavira Graha, GPIB Tugu, dan Klenteng Kongfucu (Lithang) TMII. Sebenarnya direncanakan juga mengunjungi pura di daerah Rawamangun, tetapi urung dilaksanakan karena sedang ada perayaan akbar di Pura tersebut.

“Departemen Pemuda dan Remaja (Depera) PGI memandang program kegiatan PID ini sangat bermanfaat menumbuhkan toleransi di kalangan kaum muda Indonesia dengan mengenal keberagaman melalui pengenalan agama-agama lain. Kunjungan ke rumah-rumah ibadah dari beberapa agama menjadi langkah awal untuk mengenal keberagaman dan keunikan agama lain,” demikian komentar Abdiel F. Tanias, salah satu Panitia dari Depera PGI.

Program PID tersebut diikuti 43 mahasiswa yang berasal dari Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Universitas Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Ahmadiyah, Syiah, penghayat Kapribaden, hingga Pemuda Gereja.

Penulis: Boy Tonggor Siahaan

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*