Mensyukuri 71 Tahun Gereja Toraja: Hiduplah Rendah Hati

Pdt. Yahya Boong, DTh, MM, Ketua II BPS Gereja Toraja saat memotong kue ulang tahun

TORAJA,PGI.OR.ID-Hari ini kita memperingati ulang tahun Gereja Toraja yang ke 71 tahun. Tentu masih teringat dalam benak kita rangkaian perayaan ulang tahun yang ke-70, yang kita peringati pada tahun yang lalu. Pertanyaan yang selalu muncul adalah di manakah kekuatan Gereja Toraja sehingga ia dapat berdiri dan bertumbuh sampai hari ini? Jawaban kita bisa bermacam-macam tentang kekuatan Gereja Toraja.

Tapi saat Gereja Toraja bersepakat untuk mengambil 1 Korintus 3:11 menjadi dasar Alkitabiah, maka ini adalah dasar yang kuat. Ayat ini berkata “Karena tidak seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”. Sesungguhnya inilah kekuatan Gereja Toraja, kekuatan yang fundamental dan sangat mendasar, yakni tergantung pada Kristus sendiri.

Dalam konteks demikian, maka Yesus merupakan teladan kerendahan hati. Rendah hati dalam kamus bahasa Indonesia artinya tidak sombong atau tidak angkuh. Kesombongan dan keangkuhan biasanya lahir karena orang mengandalkan sesuatu yang dimilikinya. Orang dapat sombong karena kekayaan, kepintaran, kekuatan dan sebagainya. Atau dengan kata lain kesombongan biasanya lahir saat manusia menganggap dirinya lebih dari orang lain.

Mengapa Yesus kita sebut sebagai teladan dalam kerendahan hati? Pembacaan kita hari ini menyebutkan bahwa Yesus dalam kesetaraan dengan Allah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Saat Ia ditangkap di taman Getsemani, murid-murid-Nya mengadakan perlawanan kepada para serdadu Romawi yang akan menangkap Yesus.

Namun Yesus menengur murid-murid dan berkata “masukkan pedangmu ke dalam sarungnya sebab barang siapa yang menggunakan pedang akan binasa dengan pedang. Atau kau sangka bahwa aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk membantu Aku?”. Yesus sebagai Anak Allah, tidak menggunakan kuasa yang ada pada-Nya agar terhindar dari penghinaan, penderitaan dan kematian.

Sebaliknya, Ia menanggalkan semua yang seharusnya Ia pertahankan agar manusia dapat ditebus dan diselamatkan dalam diri-Nya. Tujuan semua yang dilakukan Yesus adalah “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada diatas bumi dan yang ada di bawah bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemulian Allah, Bapa!

Hal tersebut diatas diungkapakan oleh Pdt. Serli, S.Th selaku pendeta Gereja Toraja yang melayani di Gereja Toraja Jemaat Sion Sangkombong, Klasis Rantepao, dalam khotbahnya pada tanggal 25 Maret 2018 dihadapan lebih seratus warga jemaat. Ibadah hari minggu ini juga bertepatan dengan ulang tahun Gereja Toraja yang ke-71.

Lebih jauh diungkapkan bahwa spakah dampak dari kerendahan hati itu?. Sering kita melihat kerendahan hati sebagi sesuatu yang tidak punya arti. Orang mengatakan “rendah hati tidak jamannya hari ini” atau “Jika bisa sombong kenapa harus rendah hati”. Atau “biar miskin yang penting bisa sombong”, serta ungkapan-ungkapan lain yang ingin mengatakan kerendahan hati itu tidak lagi penting dalam zaman yang menjadikan kompetisi dan persaingan sebagai keharusan agar dapat bertahan.

Yesus telah memberi teladan itu bagi kita, bahwa hidup dalam situasi apapun kerendahan hati harus menjadi patron hidup. Mengapa harus hidup dalam kerendahan hati? Dalam Amsal 22:4 dikatakan “ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan”. Luar biasa janji Tuhan kepada hidup orang yang rendah hati. Tapi Pengamsal juga menekankan kepada kita bahwa kerendahan hati itu harus dalam bingkai takut akan Tuhan. Kenapa? Bukankah dalam perjalanan manusia sering orang bisa berubah menjadi sombong dan angkuh saat mereka telah kaya, dihormati dan sebagainya. Orang yang rendah hati dan takut akan Tuhan tidak akan berubah karakter hidupnya dalam situasi apapun yang dialami dan dinikmati.

Selain itu, ibadah syukuran dalam rangka 71 tahun perjalanan Gereja Toraja sebagai sebuah Sinode dilaksanakan dalam seluruh ibadah hari minggu tanggal 25 Maret 2018 di seluruh Jemaat dalam lingkungan Gereja Toraja. (Alexander Mangoting)

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*