Oleh: Leo Huwae
Rasul Paulus mengibaratkan kita sebagai anggota-anggota tubuh dalam satu tubuh. Tulisnya “Kamu semua adalah Tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya “(1 Kor.12;27). Bagaimana mungkin kita dapat menjadi anggota tubuh jika kita tidak terhisap pada tubuh itu. Sebab itu, kita memerlukan gereja sebagai komunitas iman.
Mengaku percaya bahwa Kristus adalah Tuhan dan juruslamat merupakan keputusan individual, namun Kristus adalah Tuhan dan juruslamat bagi segenap komunitas dalam arti luas, sebab itu mengaku percaya bersifat komunal. Tidak ada orang yang hidup terpisah dari komunitas ( latino; communion artinya kehidupan bersama atau persekutuan).
Percaya bersifat individual dan serempak, juga komunal, oleh sebab itu mengaku percaya kepada Kristus tumbuh dan terjadi dalam komunitas, yaitu gereja. Kita memerlukan gereja sebagai komunitas Iman.
Hadirnya “Gereja Kasih Anugrah “ (lebih tepat lagi persekutuan Jemaat Kasih Anugrah) di Maryland pada tanggal 22 July 1988, dianggap sebagai karya Tuhan untuk masyarakat Indonesia yang berdomisili di Amerika Serikat. Banyak anggota dengan berlatar-belakang interdenominasi ada di wilayah Washington DC tetapi merupakan satu tubuh Kristus. Itulah yang terjadi bagi masyarakat Kristen yang berlatar-belakang Indonesia di Amerika Serikat pada saat Persekutuan Jemaat Kasih Anugrah (GKA) lahir dalam bentuk Gereja Oikoumene .
Ada beberapa alasan lahirnya GKA di Washington DC , yaitu pertama, belum ada Gereja Indonesia atau lebih tepat Gereja berbahasa Indonesia di Maryland , Washington DC dan sekitarnya. Sehingga ini menjadi kerinduan Umat Kristiani untuk bersekutu dalam bahasa Indonesia. Kedua, melayani umat Kristiani yang datang dan pergi, seperti para pekerja ,diplomat dan para pelajar, yang datang silih berganti. Ketiga, melayani orang- orang Amerika yang pernah tinggal di Indonesia, yang fasih berbahasa Indonesia. Keempat, mempersatukan umat Kristiani yang datang dari berbagai latar belakang denominasi tetapi merupakan satu tubuh Kristus dalam pajung ‘’Oikoumene”.
Munculnya gagasan ini berkat pergumulan yang panjang dari beberapa Teman dan Alm Pdt. Nicolas M. Lewier yang di wujudkan dalam ibadah Syukur di “Covenant Church” 10400 Darnestown Rd, Rockvill Maryland, 20850. Dalam ibadah ini Hadir Pdt Eddy Swisen, dari Covenant Church, dan jemaat yang lain.
Almarhum Pdt. Nicolas M Lewier lahir di desa Letwurun, Maluku Tenggara, pada tanggal 6 November 1936. Ayahnya Pdt. Victor Lewier, seorang Pendeta dari Gereja Protestan Maluku (GPM). Alm Pdt Nicolas M Lewier menghabiskan masa kecil sampai dengan masa remajanya di Ambon, kemudian dia meniggalkan tanah leluhurnya hijrah ke Jakarta, belajar di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta.
Ditengah pergumulan dan tantangan kota Jakarta yang dihadapinya, dia hanyut dalam dunia bisnis perkapalan, dan mengarahkan seluruh kehidupannya dalam dunia bisnis tersebut yang di tekuninya pada era tujuhpuluhan sampai dengan delapanpuluhan. Saat itu dia berkantor di “Sahid Jaja Hotel “.
Namun panggilan sebagai pelayan Kristus selalu berkobar di dalam lubuk hati yang dalam, dan pada tahun 1984, meninggalkan Kota Jakarta munuju Irian Jaja (Fakfak) di pedalaman, dengan beratap rumbia dan berdinding bambu di tanah Irian dia ditabiskan menjadi Pendeta GPI Irja.
Lalu bagaimana Almarhum ada di Meryland ini? Kehadirannya di Meryland ini adalah merupakan rencana Tuhan lewat perkawinannya dengan Theresia Lewier. Sejarah mencatat bahwa Tuhan telah memakai Alm Pdt. Nicolas M Lewier dan kawan-kawannya untuk mengkreasi sejarah gereja orang Indonesia di wilayah Washington DC dan sekitarnya.