Menilik Arah Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Era Digital

JAKARTA,PGI.OR.ID-Dalam rangka dies natalis ke 26 Program Pascasarjana UKI, Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen (PAK) UKI menggelar webinar bertajuk Arah PAK di Era Digital, pada Sabtu (4/12/2021).

Webinar menghadirkan pembicara tamu Aan Anshori, SH, MH, dan pembicara lain Kevin S. Kamagi, STh-Iman S. Telaumbanua, STh (Pendidikan Agama Kristen Dalam Menggunakan Media Digital bagi Moderasi Beragama di Indonesia), Samuel Siringo-ringo, SPd-Remegises D.Y. Pandie, STh (PAK Yang Antisipatif dan Responsif Terhadap Kejahatan Seksual Online pada Remaja/Pemuda Sebagai Generasi Penerus Bangsa), dan Juan Nalle, STh (Urgensi PAK Terhadap Pembentukan Karakter Geneasi Milenial Melalui Media Sosial).

Sebagai penanggap, Dr. Dessy Sianipar (Dosen MPAK UKI),  Pdt. Dr. Djois Aneke Rantung (Kaprodi Magister PAK UKI), dan Dr. Josenboang Manalu, MTh (Dosen MPAK UKI).

Dalam sambutan pembuka, Direktur Program Pascasarjana UKI Dr. Bintang R. Simbolon, MSi,  mengatakan, salah satu masalah besar yang dihadapi terkait arah PAK di era digital yaitu adanya penyebaran berita bohong. Ini sebagian dipicu fenomena pasca kebenaran dan kemudahan penyebaran informasi melalui media sosial dan aplikasi percakapan yang sering digunakan saat ini.

PAK, lanjut Bintang, memiliki peran sangat penting di era digital untuk menangkal kebohongan di keluarga, gereja dan sekolah. Peran PAK yang harus dilakukan dalam keluarga adalah menjadikan orangtua sebagai panutan dalam penggunaan teknlogi. Sementara di gereja, pendeta, majelis, guru sekolah minggu harus mengajar jemaat untuk menggunakan teknoogi sesuai iman Kristen. Sedangkan di sekolah, guru pendidikan agama harus mengajar sisiwa bagaimana menggunakan teknologi dengan benar.

Pembicara tamu Gus Aan Anshori, SH, MA, dalam paparan materinyanya bertema Qua Vadis Pendidikan Agama Kristen di Tengah Pandemi Intoleransi; an Outsiders Outlook, mengharapkan, ke depan PAK tidak mengajarkan kebencian kepada orang-orang yang berbeda identitas pilitik, gender, seksual, dan sebagainya. Melainkan, visinya harus selaras dengan Pancasila, yaitu semakin meyakini ketuhanan yang Maha Esa, akan semakin memegang prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, serta menjaga persatuan Indonesia melalui kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai penanggap, Dr. Dessy Sianipar melihat pentingnya penguatan-penguatan literasi moderasi beragama, untuk dapat saling membantu dalam rangka meminimalisir intoleransi, ketrampilan para tenaga pendidikan PAK untuk menggunakan media digital juga perlu ditingkatkan, dan penambahan media secara terintegrasi.

Sedangkan Pdt. Dr. Djois Aneke Rantung mengatakan, bahwa ranah PAK dimulai dari keluarga, gereja, dan sekolah. Namun sekarang ini juga harus ditempatkan dalam ranah masyarakat dan juga media. “Karena sekarang kita harus terintegrasi dengan teknologi informasi. Sehingga disitulah qua vadis PAK kita, bagaimana menempatkan apa yang seharusnya dilakukan,” tandasnya.

Sementara itu, Dr. Josenboang Manalu, MTh mengatakan, “PR” seluruh pendidikan agama, tidak hanya Kristen, pertama, bagaimana menyampaikan pesan-pesan agama supaya seluruh umat cerdas dalam spiritual, intelektual, emosional, dan dalam menggunakan media digital.