Mengulik Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2022

Diskusi panel Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2022 yang dimoderatori oleh Pdt. Jimmy Sormin, Sabtu (29/1/2022)

TAHUNA,PGI.OR.ID-Memasuki hari kedua (29/1/2022) peserta melakukan diskusi panel terkait Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2022: Spiritualitas Keugaharian: Membangun Keadaban Publik Demi Pemeliharaan Bumi Sebagai Sakramentum Allah, dengan tiga narasumber Prof. DR. IR. Bambang Hero Saharjo, Henny Supolo Sitepu, dan Pdt. Dr. Zakaria Ngelow.

Pada kesempatan itu, dari perspektif ekologis, Prof. Bambang Hero menggambarkan kondisi sumberdaya alam (hutan) yang menurutnya semakin menunjukkan kekhawatiran. Mengutip data The Nature Conservancy Indonesia, flora dan fauna di seluruh dunia mengalami kepunahan, dan Indonesia masuk ke peringkat ketiga dari 10 negara teratas, setelah Ekuador dan Madagaskar.

Sebab itu, menurut Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institute Pertanian Bogor ini, terkait pemeliharaan bumi, ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama, pengusahaan sumberdaya alam (hutan) akan terus berlangsung, baik dengan cara yang legal maupun illegal, meskipun dampak negatifnya nyata dan lestari.

Kedua, ketimpangan dalam penguasaan sumberdaya alam (hutan) dan ketidakadilan dalam regulasi yang ada, menjadi latar belakang pembenaran untuk melakukan perusakan lingkungan dengan atas nama meningkatkan kesejahteraan. Ketiga, ketidakmampuan hokum menjadi panglima dalam menekan dan mencegah perusakan lingkungan , hendaknya menjadi peluang bagi mereka yang peduli dan bekerja berdsarkan suatra hati yang sesungguhnya dan tulus.

Sedangkan dari perspektif pendidikan, Henny Supolo Sitepu melihat spiritualitas keugaharian dalam perspektif gereja-gereja di Indonesia bisa diartikan berani berkata cukup, mengontrol diri, bersedia berbagi pada yang belum memiliki kecukupan, serta melibatkan advokasi terhadap kebijakan yang menyulitkan pemenuhan kecukupan.

Untuk mewujudkannya, menurut Ketua Sehingga Yayasan Cahaya Guru ini, yang dibutuhkan adalah kemandirian. Mandiri untuk menemukan potensi diri, potensi lingkungan dan menggunakannya keduanya untuk kebaikan bersama.

Pdt. Dr. Zakaria Ngelow yang menelisik dari perspektif teologi menyimpulkan bahwa, (1) spiritualitas keugaharian adalah perlawanan terhadap kerakusan manusia merusak dan menghabisi sumber daya alam. Spiritualitas keugaharian dijalankan dengan etos hidup sederhana, berbagai sumber daya dengan sesama, dan peka terhadap kerusakan ekologi. (2) Keadaban publik terjalin dengan norma-norma moral-etik dan spiritualitas keagamaan, namun perlu regulasi yang didukung dan dikembangkan dalam tatanan politik. 

(3) Memelihara bumi adalah kewajiban keagamaan, yang dalam antropologi Kristen terkait dengan penciptaan manusia sebagai imago Dei. Akal budi manusia dimaksudkan untuk memampukan manusia memelihara bumi, tetapi dalam perjalanan sejarah justru mengembangkan teknologi modern yang merusak alam. (4) Pandangan bahwa bumi adalah sacramentum Allah menekankan fungsi ciptaan menyatakan kemuliaan Allah dan karena itu merusak alam menciderai kemuliaan Allah.

Pemaparan ketiga narasumber mendapat apresiasi dari para peserta. Terlihat dari banyaknya pertanyan dan komentar yang disampaikan.

 

Pewarta: Markus Saragih