Mengenal Keberagaman, Peserta TAB 2022 Goes to Padang Kunjungi Rumah Ibadah

Peserta TAB 2022 Goes to Padang foto bersama di depan Klenteng See Hin Kiong

PADANG,PGI.OR.ID-Di hari ketiga, Sabtu (3/12/2022), peserta kegiatan Tanah Air Bhinneka (TAB) 2022 Goes to Padang, melakukan kunjungan ke rumah ibadah Paroki St. Maria Bunda Yesus, Klenteng See Hin Kiong, Masjid Raya Gantiang, dan Pura Jagatnatha.

Salain menambah pengetahuan, dari kunjungan ini diharapkan mereka (peserta, red), dapat mengenal, dan memahami keberagaman di Kota Padang, Sumatera Barat. 

Berdiskusi bersama Pastor Bernard di Paroki St. Maria Bunda Yesus

Pastor Bernard dari Paroki St. Maria Bunda Yesus, menyambut hangat kedatangan peserta TAB. Goes to Padang. “Gereja kami sudah ada bisa beribadah sendiri sejak 44 tahun lalu, sebelumnya bergabung dengan gereja induk. Di sini gabung juga dengan sekolah, dan ruang sekolah kami jadikan tempat ibadah. Paroki ini memang tidak punya gereja karena belum mendapat izin, tapi kami tetap bersyukur masih bisa ibadah,” ceritanya.

Menurutnya, paroki yang memiliki 3000 jemaat ini, aktif dalam berbagai kegiatan lintas iman di Kota Padang. Demikian pula relasi dengan warga sekitar juga berjalan dengan baik.

Diakhir diskusi yang berlangsung sekitar 1 jam, Pastor Bernard menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini, dan sekaligus berharap agar generasi muda tetap terus membuka wawasan dalam rangka kehidupan keberagamaan, sehingga suasana damai dapat terwujud di negeri ini.

Sebelum meninggalkan Paroki St. Maria Bunda Yesus, peserta berkesempatan melihat-lihat sekitar kompleks paroki, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Klentang See Hin Kion. Suasana tidak jauh berbeda dirasakan ketika tiba di klenteng yang sangat indah ini. Peserta pun kembali disambut dengan hangat.

Kunjungan berikut, Masjid Raya Gantiang. Bersama Almizum, pengurus masjid, peserta berdiskusi seputar masjid pertama yang ada di Kota Padang ini, serta relasinya dengan agama lain di sekitar tempat itu. “Masjid ini berdiri sejak 1805, dan dulunya hanya berbentuk surau sebagai tempat untuk bermusyawarah. Arsitek bangunannya itu orang Belanda dan Cina, sementara yang mengerjakannya adalah masyarakat di Gantiang ini.  Dan bangunannya ditopang dengan 25 tiang yang masing-masing mewakili nama para nabi,” paparnya.

Diskusi bersama Almizum, pengurus Masjid Raya Gantiang

Dengan diarsiteki orang Belanda dan Cina, lanjut Almizum, sebenarnya ini menunjukkan adanya solidaritas. Itu sebabnya masyarakat Gantiang sangat mendukung adanya solidaritas, termasuk solidaritas antar agama. “Nah, ini juga yang terus kami harapkan. Kembangkan segala sisi baik kehidupan, jangan melihat agamanya. Selalulah berbuat baik karena suatu saat kebaikan akan kembali kepada kita,” ujarnya.

Sore harinya, peserta beranjak menuju Pura Jagatnatha, yang berlokasi di Komplek TNI AU Tabing Kota Padang. Made subawa, pengurus Pura Jagatnatha berkesempatan menguraikan sejarah pure dan aktivitas yang dilakukan dalam melayani umat Hindu yang ada di Kota Padang ini.

Kunjungan ke rumah ibadah dirasakan memberi manfaat dan membuka wawasan terkait keberagaman di Kota Padang. Seperti dituturkan Imam Sabrani Yurizal, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, salah seorang peserta TAB 2022 Goes to Padang.

“Kunjungan ke rumah ibadah dari berbagai agama ini membuka wawasan, karena saya tidak tahu sebelumnya keberadaan rumah ibadah agama lain. Ternyata Kota Padang memiliki keberagaman yang sangat luas, bahkan punya sejarahnya masing-masing,” ujar Imam.

Selain bisa mengenal lebih jauh, lanjutnya, dari kunjungan tersebut banyak mendengarkan apa yang menjadi pergumulan dari masing-masing agama, salah satunya apa yang dialami Paroki St. Maria Bunda Yesus.

“Saya mengapresiasi sikap kebesaran hati yang diambil pengurus paroki ini, secara umum juga jemaat, karena mau memakai fasilitas yang ada meskipun memiliki keterbatasan dalam bangunan tetapi tidak menyurutkan jemaatnya untuk beribadah, bahkan hingga sekarang belum memiliki izin untuk mendirikan gereja,” katanya.

Sebagian peserta foto bersama di depan Pura Jagatnatha

Dia pun berharap Pemkot Padang memiliki concern yang lebih besar dalam mewujudkan atau mmeperjelas rumah ibadah yang mengalami kesulitan, termasuk dalam izin mendirikan rumah ibadah. “Karena kita tidak boleh membiarkan hal semacam ini di masa mendatang. Sebab itu, saya kira perlu ada upaya advokasi dari teman-teman lintas iman, mungkin juga mahasiswa, untuk menyuarakan pentingnya kemajemukan,” tandasnya.

Sama halnya apa yang disampaikan Diskalamtiar Manurung dari Tanjung Balai Asahan, Medan. “Banyak pengalaman dan pengetahuan yang aku dapat, misalnya waktu masuk klenteng, itu yang pertama kali, saya bisa mengetahui seluk-beluknya, dan ternyata itu bukan rumah ibadah melainkan adalah peninggalan leluhur. Begitu juga waktu berkunjung ke masjid,” jelasnya.

Lanjut Diskalamtiar, demikian halnya ketika mengunjungi masjid. Menurutnya, menarik ketika dijelaskan bagaimana masjid, yang tidak hanya menunjukkan keislamannya saja, tetapi diarsiteki oleh orang dari negara lain, sebuah karya yang dilakukan oleh orang dari berbbagai latarbelakang agama dan negara.

Sementara itu, Ni Luh Rosita Dewi, peserta asal Bali, juga menegaskan hal yang sama. Kunjungan ke tempat-tempat ibadah umat agama lain, diakuinya membuka wawasan karena bisa melihat berbagai macam keberagaman, terlepas dari apapun isu yang diutarakan terkait Kota Padang.

“Sebagai orang awam yang diberi kesempatan mengikuti kegiatan ini dan melihat secara langsung, saya sangat salut sekali dengan kondisi aktual di sini. Bahwasanya banyak komunitas lintas iman yang kemudian menjalin komunikasi yang sangat baik, dan apalagi kalau misalnya kita lihat lebih jauh setiap kegiatan-kegiatan dari kawan-kawan kita yang berkaitan dengan agama mereka selalu ada gotong royong kemudian silaturahmi ini perlu dijaga,” jelas Ni Luh.

Secara khusus menyoroti kunjungan ke Pura Jagatnatha, ternyata umat Hindu juga bisa menjalankan agamanya dengan aman di daerah ini. “Setelah mendengar penjelasan Pak Made, di sini bisa dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan baik soal acara, ibadah rutin maupun di hari raya bisa dilaksanakan dengan baik. Dan, banyak teman-teman yang datang sekadar membantu persiapan, juga teman-teman lintas agama. Saya kira ini hal yang baik,” ujar penganut agama Hindu ini, sambil berharap, meski ada beberapa catatan kristisnya, diharapkan toleransi di Kota Padang tetap terpelihara.

Kegiatan Tanah Air Bhinneka 2022 Goes to Padang akan berakhir pada Minggu (4/12/2022) sore, dan diisi dengan pentas budaya yang dibawakan oleh peserta mewakili daerah masing-masing.  

 

Pewarta: Markus Saragih