JAKARTA,PGI.OR.ID-Masih dalam rangkaian perayaan HUT ke 70, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) melaksanakan webinar bertajuk Milenial dan Kreativitas di Tengah Pandemi, dengan nara sumber Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabinet Indonesia Maju, Angela Tanoesoedibjo, Konten Kreator yang juga Anggota Komisi Intergenerasi PGI Sony Mongan, dan Founder Toko Sayur Online Anggimart dan Gerakan Angkat Mama Papua, Simon Tabuni, Jumat (17/7).
Melalui acara ini diharapkan dapat menggugah generasi milenial untuk tetap berpikir kreatif, dan melakukan aksi nyata, serta senantiasa menjadi saluran berkat di tengah pandemi Covid-19 yang mungkin masih akan berkepanjangan ini.
Membuka webinar, Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa kaum muda memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, juga gereja. Termasuk generasi milenial sekarang ini, yang memiliki kelancaran, keluwesan, elaboratif dan originalitas dalam berpikir. Hanya dengan adanya keempat unsur ini, kreatifitas dapat diwujudkan.
“Olehnya saya berharap generasi milenial dapat kembali mengembangkan kreatifitas, gagasan, dan aksi-aksi yang khas anak milenial, untuk membawa bangsa ini keluar dari masa-masa sulit sekarang ini akibat pandemi Covid-19. Apalagi dengan bonus demografi yang sudah ada di depan mata kita, kaum milenialah andalan bangsa kita,” ujarnya.
Pdt. Gomar juga berharap, gereja terdorong untuk mengembangkan kreatifitas para milenial. Sehingga, peran gereja tidak hanya sebatas menampung aspirasi kaum muda, menampung aspirasi warga gereja, tetapi juga menjadi inspirasi bagi transformasi masyarakat, terutama di tengah-tengah masa sulit sekarang ini akibat pandemi Covid-19.
Pada kesempatan itu, Angela Tanoesoedibjo menuturkan, pandemi Covid-19 memang sangat berdampak luar biasa tidak hanya di Indonesia, akibat adanya pembatasan-pembatasan. Meski demikian, tidak semua usaha terdampak, ada beberapa yang justru makin meningkat, seperti sektor telekomunikasi, farmasi dan logistik. Di tengah situasi ini, pemerintah memunculkan apa yang disebut Adaptasi Kebiasaan Baru. Dengan ini diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, tetap produktif tapi dengan aman, untuk menggerakkan perkonomian negara.
Dalam pandemi ini, lanjut Angela, sebenarnya banyak peluang bagi generasi milenial untuk mewujudkan mimpinya sebagai interpreneur kewirasuhan, maupun untuk mengembangkan usaha. “Ada beberapa program pemerintah yang dapat dimanfatkan, khususnya program di Kemenparekraf yang bisa diakses, mulai dari peningkatan kapasitas, akses permodalan, fasilitasi pendaftaran usaha, hingga fasilitasi pendaftaraan kekayaan intelektual, dan masih banyak program lain,” tandasnya.
Salah satunya, program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP), yang merupakan bantuan dana hibah untuk penambahan modal kerja atau infestasi dalam peningkatan kapasitas usaha di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. BIP juga dapat dimanfaatkan untuk membeli bahan baku, bahan produksi, kelengkapan produksi, software, hardware, dan pembayaran jasa kepada pihak ketiga.
Sementara itu, dalam webinar yang dipandu oleh Jose Marwoto ini, Sony Mongan mendorong generasi milenial untuk tetap berkreatifitas meski di tengah pandemi. Sebab menurutnya banyak hal yang bisa dikerjakan. “Sebagai konten kreator, ada beberapa hal yang saya bisa bagikan, misalnya selalu menciptakan konten positif di sosial media. Contoh sekarang kita sudah bisa beribadah di gereja, saya bersama teman berpikir bagaimana caranya memberitahukan jemaat, maka kami membuat video terkait protokol kesehatan di rumah ibadah. Jadi kita mengisi konten kreatif yang mengarah ke sana,” ceritanya.
Lanjut Sony, juga harus jeli melihat apa yang sangat disukai masyarakat sekarang ini yang lebih banyak beraktifitas di rumah, dengan membuat konten-konten, termasuk di youtube, yang relevan seperti podcas, komedi, hiburan, tips, memasak, dan lainnya, meski hanya menggunakan hand phone. Dan tidak kalah penting, memanfaatkan sosial media dengan hal-hal positif dan mendatangkan keuntungan.
“Mungkin menjual produk sekali memposting bisa mendatangkan keuntungan. Jadi jangan sampai ketinggalan di sosial media yang memang paling banyak orang lihat sekarang. Dan yang penting untuk kreatif yaitu mulai saja dulu, seperti perintah Tuhan, gunakan talenta mu, sebab orang punya panggilannya masing-masing,” jelas Sony, menjawab pertanyaan yang diajukan peserta.
Cerita inspiratif juga disampaikan Simon Tabuni terkait pelayanannya bagi para petani lewat Toko Sayur Online Anggimart. Menurutnya, hal itu diawali saat dirinya terlibat sebagai tim relawan covid 19 di Manokwari, Papua Barat. Bersama relawan mereka kerap mengunjungi pasar-pasar tradisional untuk melakukan sosialisasi terkait covid-19. Dalam kesempatan itu, dia kerap berdiskusi dengan para penjual yang mayoritas mama-mama Papua, pembeli, dan tukang ojek.
“Akibat covid-19 pendapatan mereka ternyata sangat menurun, apalagi situasi pasar tradisonal sulit untuk melakukan protokol kesehatan. Situasi semakin sulit karena di beberapa kabupaten sempat dilakukan lockdown, sehingga mama-mama yang kebanyakan dari daerah terpencil ini, sangat sulit untuk mendistribusikan sayuran mereka. Tukang ojek juga mengalami hal yang sama,” jelasnya.
Situasi itulah yang mendorong Simon bersama anak muda Kristen yang memiliki hati untuk melayani, mendirikan Toko Sayur Online Anggimart untuk membantu para petani dan pedagang yang kebanyakan mama-mama asli Papua yang berasal dari daerah-daerah terpencil, juga tukang ojek. Semua dilakukan dengan sarana yang apa adanya, tanpa platform khusus, melainkan hanya mengandalkan facebook dan whatsup untuk mempromosikan produk. Meski melalui banyak tantangan, semisal minimnya respon, dan menggunakan sarana seadanya, hal itu tidak menyurutkan niat Simon bersama rekan-rekan untuk tetap melayani.
Di akhir webinar, dalam closing statementnya Soni Mongan menekankan generasi milenial untuk berani memulai, jangan membuat sesuatu ujung-ujungnya untuk diapressiasi, tetapi mengikuti perintah Tuhan yaitu kembangkan talenta mu. Juga Jangan menggunakan standar orang lain untuk standar kita, karena masing-masing orang punya kreatifitas dan panggilannya masing-masing. Maka jadilah dirimu sendiri.
Sedangkan Simon Tabuni mengingatkan, ketika melakukan pelayanan, lakukanlah itu dengan kasih dan sepenuh hati. Sebab, apa yang dilakukan dengan kasih, Tuhan pasti melihatnya, dan dengan demikian berkat akan tercurah. “Itu yang kami rasakan hari demi hari. Semuanya semakin meningkat, dan itulah bonus yang diberikan Tuhan kepada kami,” ujarnya.
Pewarta: Markus Saragih