Mendikbud RI Ajak Lembaga Keagamaan Menggalakkan Program Penguatan Pendidikan Karakter

Pertemuan mendikbud RI dengan MPH-PGI di lantai 2 Grha Oikoumene, Jakarta.

JAKARTA,PGI.OR.ID-Sesuai dengan amanat NAWACITA, program Penguatan Pendidikan Karakter mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) terus digalakkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Nilai-nilai karakter yang ditekankan meliputi religiusitas (keagamaan), nasionalisme, integritas, kemandirian, dan gotong royong (semangat kebhinnekaan).

Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Pror. Dr. Muhadjir Effendy saat bertemu dengan MPH-PGI di Grha Oikoumene, Jakarta, Selasa (3/10).

Pdt. Gomar Gultom saat menjelaskan sikap PGI kepada Mendikbud RI

Muhadjir berharap, dalam proses penguatan karakter yang sedang digalakkan oleh pemerintah ini, lembaga-lembaga keagamaan seperti PGI dapat ikut berperan.

“Kita ingin memberikan penguatan karakter siswa-siswa sejak dini sebelum mereka mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang memadai untuk bekal hidupnya. Jadi diperkuat dulu karakternya. Kemarin saya dipanggil presiden dan diingatkan lagi, bahkan dia meminta sejak jenjang PAUD,” katanya.

Lebih jauh Muhadjir menjelaskan, ada 4 prinsip yang digunakan dalam rangka program ini, yaitu manajemen berbasis sekolah, belajar siswa aktif, tetap menggunakan kurikulum 2013, dan kurikulum sekolah sebagai basis belajar.

“Dalam konstruk penguatan karakter ini sekolah harus memenejemeni semua aktifitas belajar siswa, baik ketika siswa berada di sekolah, maupun ketika anak itu ada di tengah masyarakat dan juga ketika ada di keluarga. Kita ingin menyeimbangkan fungsi tiga ruang pendidikan yaitu wilayah keluarga, masyarakat dan sekolah. Karena ada kecenderungan akhir-akhir ini pengertian bejalar itu telah tereduksi seolah-olah kalau anak tidak di sekolah namanya itu tidak belajar,” jelasnya.

MPH-PGI, SE, dan Pdt. Binsar Pakpahan hadir dalam pertemuan

Dalam pertemuan tersebut, Mendikbud juga menjelaskan tentang rencana zonasi, baik sekolah negeri maupun swasta. Sistem zonasi ini bertujuan adanya pembagian siswa secara merata, sesuai kapasitas daya tampung sekolah, sehingga tidak ada sekolah yang tidak mendapatkan murid.

“Zonasi ini juga sesuai dengan amanat Presiden Jokowi, kita sudah harus melangkah pada tahap pemerataan pendidikan yang berkualitas. Karena selama ini kita tahu dalam sekolah itu telah terjadi semacam kastanisasi. Di setiap daerah itu ada sekolah favorit, dan semua orangtua itu berlomba memasukkan anaknya masuk sekolah favorit dengan segala cara mulai dari bayar hingga jual-beli kursi. Dan biasanya itu dilakukan oleh orangtua yang tidak hanya ada di daerah itu tapi luar kota bahkan luar provonsi. Akibatnya anak yang ada di dekat sekolah itu malah tidak kebagian,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menyampaikan apresiasi kepada Muhadjir Effendy yang ditengah kesibukannya menyempatkan diri untuk berdialog dengan MPH-PGI.

Bertukar cindramata usai pertemuan

Terkait pembangunan karakter dengan nilai-nilai agama, Gomar menjelaskan, PGI prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia, salahsatunya adalah selama ini pendidikan agama di sekolah-sekolah sangat formalistik dan dogmatis, sehingga nilai-nilai agama itu sendiri jadi terkesampingkan oleh pendekatan formal.

Disampaikan pula terkait persoalan yang kerap muncul dalam persidangan-persidangan PGI seperti masih minimnya guru-guru agama Kristen di sekolah-sekolah negeri, tidak hanya di daerah-daerah bahkan di Jakarta sendiri.

Keprihatinan juga disampaikan terkait adanya kewajiban siswa untuk menggunakan pakaian agama tertentu di sejumlah sekolah, dan murid non-Islam harus mengikuti pelajaran baca-tulis Alquran.

Dalam pertemuan tersebut, Pdt Gomar Gultom didampingi oleh Wakil Sekretaris Umum PGI Pdt. Krise Anki Gosal, Wakil Bendahara PGI Arie Moningka, MM, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian Pdt. Henrek Lokra, STh, Msi, Sekretaris Eksekutif Bidang Keesaan dan Pembaruan Gereja Pdt. Sri Yuliana, MTh, Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Pdt. Penrad Siagian, Msi, Pdt. Binsar Pakpahan, serta Sfat Biro Perempuan dan Anak PGI Ridayani Damanik.