Membiarkan Radikalisme Tumbuh Subur: Kita Membakar Rumah Sendiri

Oleh: Pdt. Penrad Siagian

Benih terorisme, berkecambah subur di Indonesia. Indonesia seolah menjadi lahan subur bagi aksi-aksi terorisme. Hal ini bukan isapan jempol belaka. Data memperlihatkan, Indonesia menjadi salah satu negara penyuplai terbanyak para combatan terorisme internasional yang tersebar di berbagai negara. Begitu juga intensitas aksi-aksi teror dengan menggunakan senjata api dan bom bunuh diri, Indonesia masuk dalam kategori tertinggi diluar negara-negara yang sedang mengalami konflik dan perang.

Suburnya terorisme di Indonesia kembali mengguncang tidak hanya Indonesia tapi juga dunia internasional. Tidak berselang seminggu, setelah aksi teror penyanderaan aparat kepolisian oleh para napi terorisme di Mako Brimob, jantung markas komandonya (10/5/2018), Surabaya menjadi sasaran kekejian dan kesadisan terorisme tersebut (14/5/2018). Dan pagi ini (15/5/2018) Mapolresta Surabaya kembali diteror bom.

Korban berjatuhan tidak hanya aparat di jantung markas komandonya, tapi juga masyarakat tidak berdosa bahkan anak-anak saat melakukan ibadah di tiga gereja di Surabaya. Dan kejinya, aksi teror ini dilakukan satu keluarga: suami, isteri dan anak-anaknya. Melalui pelaku aksi teror yang terjadi di Surabaya, adalah bukti masif dan suburnya ideologi terorisme di Indonesia.

Kita terkejut!! Sebab terorisme menyasar pelaku tidak lagi hanya laki-laki dewasa, namun kini aksi terorisme telah menggunakan perempuan bahkan anak-anak menjadi pelaku aksi terorisme. Apa yang terjadi dengan bangsa dan negeri ini? Masif dan suburnya, paham radikal hingga sampai perempuan dan anak-anak menjadi pelaku aksi terorisme? Ada banyak faktor; tapi satu hal yang juga paling kontributif (tanpa mengabaikan faktor-faktor lain) adalah hasil dari sebuab proses pembiaran yang kita lakukan.

Sudah terlalu lama kita membiarkan ruang-ruang publik kita di jadikan ruang menyemai radikalisme. Sudah terlalu lama kita membiarkan ruang-ruang keagamaan kita, mimbar-mimbar pada rumah-rumah ibadah kita menjadi corong dan tempat berkecambahnya paham radikal melalui khotbah-khotbah yang mengumbar ujaran kebencian dan intoleransi yang menjadi benih terorisme. Sudah terlalu lama kita membiarkan dunia pendidikan kita menjadi ruang bagi terorisme meracuni pikiran anak-anak kita.

Sudah terlalu lama kita membiarkan media-media mulai cetak, TV hingga media online menjadi corong penyebaran ideologisasi terorisme yang masuk sampai kerumah-rumah bahkan ke kamar-kamar anggota keluarga kita. Kini waktunya kita MELAWAN, diam bahkan hanya mengutuki saja tidaklah cukup. REBUT kembali RUANG PUBLIK kita dari para penyebar teror. REBUT kembali MASJID-MASJID kita, Gereja, Vihara, Klenteng dan rumah-rumah ibadah kita dijadikan tempat menyemai benih-benih terorisme dan menjadi corong ujaran kebencian dan hasutan intoleransi dan radikalisme.

REBUT kembali SEKOLAH-SEKOLAH kita dijadikan mesin reproduksi radikalisme dan membuat anak-anak kita menjadi pelaku terorisme dan anti kemanusiaan. REBUT kembali MEDIA kita.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*