Membangun Inklusifitas Berpikir Gereja-gereja

Keceriaan dan sukacita para pemuda sambut Pawai Nasional Pemuda Gereja di Manado. (Foto: Tribunnews)

JAKARTA. PGI.OR.ID. Kemajemukan, termasuk juga di dalam kekristenan, merupakan anugerah Tuhan yang patut kita syukuri bersama. Di tengah kemajemukan yang ada, gereja-gereja diajak untuk bersama-sama membangun bangsa ini.

Demikian Gembala Tedius K. Batasina, S.Th Ketua Umum Kerapatan Gereja Protestan di Minahasa (KGPM) saat bincang-bicang dengan wartawan PGI di sela-sela kegiatan Kongres KE X GAMKI di Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu.

teddy

“Yang kita bangun bukanlah membesarkan institusi dan eksklusifitas institusi, tetapi yang mau kita capai adalah bagaimana gereja-gereja dalam konteks kesadaran bersama membangun sebuah komitmen untuk bergerak secara bersama menciptakan sebuah realitas yang lebih baik,” tegasnya.

Sebab itu, harus dihindari cara berpikir sektarian, eksklusif, dan yang bersifat superioritas. Selama gereja berada dalam pola pikir seperti ini, maka akan sulit untuk maju. Gereja-gereja dalam berbagai denominasi harus membangun inklusifitas berpikir, baik secara oikumenis, dan inklusifitas dalam aksi bersama untuk mengaktualisasikan diri dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus mengaktualisasikan diri dalam konteks bergereja.

Dia melihat, Persekutuan Gereja-gereja (PGI) harus hadir dalam mewujudkan hal ini. Selain menyatukan seluruh denominasi gereja-gereja anggota PGI dalam rangka menyuarakan suara kenabiannya bagi bumi Indonesia, tetapi juga membuat gereja-gereja menjadi peka dan peduli terhadap realitas-realitas dan dinamika-dinamika yang berkembang di negara ini.

“Sebagai anggota PGI kita patut bersyukur sampai memasuki usia ke 65 tahun, PGI telah berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin untuk bagaimana mencermati persoalan-persoalan, dan dinamika yang terjadi dalam konteks berbangsa dan bernegara, termasuk juga dalam realitas dan konteks bergereja, berkeesaan di Indonesia,” kata Pendeta Teddy.