TORAJA,PGI.OR.ID-Seluruh masyarakat terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali para guru honorer Yayasan Perguruan Kristen Toraja yang mengajar di SMA Kristen Miallo dan sejumlah SD Kristen yang ada di Kecamatan Mappak Tana Toraja. Untuk meringankan beban mereka, Lumbung Diakonia Gereja Toraja mengirimkan bantuan secara langsung sebagai komitmen untuk menjangkau yang belum terjangkau.
Rombongan berangkat dari Rantepao pada 5 Juni 2020 siang, memakai dua mobil double gardan, dan setiap mobil ada tiga orang lengkap dengan pelaratan perjalan sepeti parang, sekop, dan linggis, termasuk konsumsi selama dalam perjalanan karena kondisi perjalanan yang cukup berat. Rombongan kali ini dikoordinir oleh Sekretaris PI Gereja Toraja Pdt. Arman Dannari.
Menuju lokasi, harus berjalan melewati kabupaten lain. Pejalanan dari Rantepao dimulai siang hari, kemudian lewat di SMK Kristen Bittuang untuk juga menyerahkan paket sembako kepada guru guru honorer di sana. Dari Bittuang melanjutkan perjalanan melewati Kaupaten Mamasa, Sulawesi Barat melewati hutan dengan jalan yang masih rintisan, dimana waktu hujan tidak akan mungkin dilewati kalau bukan mobil memakai handel.
Setelah berjalan melewati hutan, ibu kota Mamasa, beberapa kecamatan, rombongan sampai di Sebanawa, salah satu daerah Mamasa, tempat belok masuk ke wilayah Kecamatan Mappak, Kabupaten Tana Toraja. Untuk mencapai lokasi, dari Sebanawa jalan beraspal, belok dengan jalan rintisan sekitar 8 km baru mendapatkan pintu gerbang masuk kembali ke wilayah Tana Toraja pada jam 19.15 dimana waktu itu pintu gerbang sudah ditutup.
Sesudah mencari pemegang dan penjaga pintu gerbang, akhirnya bisa masuk ketika rombongan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan. Dari batas pintu gerbang berjalan sekitar 7 km baru tiba di pastori dimana Pt. Jhon Gator sebagai Ketua Klasis Mappak tinggal dan melayani.
Usai istirahat malam, pada 6 Juni 2020 rombongan berjalan ke lokasi sekolah untuk mengantar sembako. Dalam suasana hujan dengan jalanan licin maka hanya satu dua guru yang dapat kami temua, juga karena sebagian guru berangkat ke puncak gunung untuk berkomunikasi dengan hp karena hanya satu dua puncak gunung dimana ada sinyal. Jadi pagi mereka berangkat ke puncak gunung mencari sinyal. Bahkan konon dipuncak gunung mereka pasang tenda terpal bersama dengan sejumlah mahasiswa yang pulang kampung untuk mengikuti kuliah. Selain itu, untuk kebutuhan listrik masyarakat umumnya memakai listrik tenaga air (Turbin). Sebenarnya sebagian besar jalan masuk ke kecamatan Mappak sudah dibangun jaringan listrik tetapi belum berfungsi.
Usai membagikan sembako kepada guru guru honorer, kemudian makan siang, rombongan kembali dari lokasi. Dalam perjalan, karena kondisi jalan yang masih jauh dari baik, kami sering harus bergotong royong menarik mobil dengan tali, mengerjalan bagian jalan yang tidak dapat dilalui mobil. Selanjutnya, berangkat dari Mappak sesudah makan siang (12.00) dengan jalur yang sama ketika kami ke sana, baru dapat tiba kembali di Rantepao sekitar jam 21.00 malam.
Salah satu pengalaman yang disampaikan oleh Pdt. Jhon Gator di atas mobil ketika rombongan berjalan membagi Sembako. Menurutnya, selama enam tahun melayani di Mappak baru pertama kali naik mobil di Mappak karena membagi bantuan dari Lumbung Diakonia Gereja Toraja. Biasanya, dia hanya menggunakan motor atau jalan kaki ketika mengunjungi jemaat.
Pewarta: Aleksander Mangoting