JAKARTA,PGI.OR.ID-Pembentukan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) bertujuan untuk memperkuat budaya persatuan dan kesatuan. Solidaritas antarumat penting ditingkatkan demi menjaga martabat bangsa di mata dunia.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj kepada wartawan seusai acara Pengukuhan LPOK di Lantai 5 Grha Oikoumene, Jakarta, Sabtu (11/1).
LPOK, lanjut Said Aqil, bukan organisasi kelompok politik. Pembentukannya pun lebih ditekankan pada upaya membangun solidaritas, seperti saling tolong menolong, bergandengan tangan, dan gotong royong dalam melaksanakan pelbagai agenda.
“Peran ke depannya ialah memperkuat antarormas agama. Caranya bagaimana? Kita punya agenda bersama, bukan agenda agama dan politik, tapi kerja sama ekonomi, koperasi, kesehatan. Misalnya membangun rumah sakit tentu nanti pengurusnya dari berbagai agama,” jelasnya.
Said yang juga Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), menegaskan, era globalisasi saat ini sangat menantang dan rentan perpecahan. Maraknya fitnah, ujaran kebencian, dan adu domba melalui pesan digital harus diantisipasi. Menguatkan budaya persatuan merupakan solusi yang ditawarkan LPOK.
Senada dikemukakan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Jackvelyn Frits Manuputty. Ia membeberkan alasan PGI ambil bagian sebagai warga bangsa yang secara sadar dalam pembentukan LPOK.
Sebanyak 20 organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan membentuk Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) yang diketuai Kiai Haji Said Aqil Siroj. Ke-20 ormas keagamaan itu, yakni NU, Persis, Al Irsyad al Islamiyah, Ittihadiyah, Perti, Mathlaul Anwar (MA), Az Zikra, Ikadi, PITI, Syarikat Islam Indonesia, Al Washliyah, Persatuan Umat Islam, HBMI, dan Nahdlatul Wathan, PGI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin).
Pewarta: Markus Saragih