Lokakarya Pendamping Anak dan Anak Lintas Iman

JEMBER,PGI.OR.ID-Hari ini (22 Jul) sampai besok (23 Jul) berlangsung Lokakarya Pendamping Anak Lintas Agama di Hotel Panorama Jember. Lokakarya ini dilaksanakan oleh PGI-PKN, bekerja sama GKI, Komunitas Tanoker dan PKK Kab. Jember. Tema yang dipilih adalah Membangun Bumi Damai bagi Anak Lintas Iman.

Lokakarya ini dimaksudkan untuk menanamkan sejak dini nilai dan realitas kemajemukan kepada anak agar anak bisa bertumbuh dan berkembang secara realistis dan wajar ditengah lingkungan dan komunitas yang majemuk. Diharapkan juga agar budaya damai sudah tertanam dalam diri anak-anak sejak awal.

Hari ini dan besok, lokakarya akan diisi oleh beberapa sesi dengan menghadirkan beberapa narasumber yang dipilih untuk menyampaikan topik tertentu. Beberapa topik dipilih untuk membuka wawasan peserta, membuat pemetaan persoalan dan mendalami kasus yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak. Narasumber sesi-sesi tersebut adalah Pdt. Andri Purnawan (GKI Darmo Surabaya), Khoirul Faizin (IAIN Jember), Maria Ulfah Anshor (Ketua KPAI), Ciciek Farha (Tanoker Jember) dan Idy Muzzayat (Anggota KPI).

Selain materi dari narasumber, peserta yg sifatnya lintas agama melakukan sharing pengalaman pelayanan terhadap anak di daerah masing-masing. Sharingnya berkait 3 hal, yaitu: bentuk kegiatan apa yang sudah dilakukan, apa kegiatan tersebut sudah memberi perhatian terhadap kekerasan terhadap anak dan apa sudah memberi ruang perjumpaan dengan anak lintas iman.

lokakarya2

Banyak hal menarik terungkap, baik dari narasumber maupun dari peserta. Semua itu memperlihatkan tentang betapa sudah sangat gawat kasus kekerasan terhadap anak yang selama ini terjadi. Bahkan upaya-upaya penanganan kasus pun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Juga terungkap banyak hal yang keliru dalam kaitan dengan pendidikan dan pendampingan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah, baik secara sengaja maupun tak sengaja. Karena itu, pendidikan dan pendampingan terhadap anak harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati. Harus ada sense terhadap kebutuhan anak.

Setelah lokakarya pendamping anak, hari Minggu 24 Jul nanti akan dilakukan kegiatan anak lintas agama di Komunitas Tanoker Ledokombo. Disana akan hadir sekitar 150 anak lintas agama yg akan bermain bersama, menjalin persahabatan dan belajar bersama tentang kemajemukan dan membangun perdamaian sambil menikmati atraksi tari diatas enggrang yang akan dipentaskan oleh anak-anak dari Komunitas Tanoker Ledokombo. Sebagaimana kita tahu anak-anak Tanoker ini sudah melanglang buana ke manca negara memperagakan tarian di atas enggrang.

Beberapa peserta berharap kegiatan ini akan mendorong upaya2 yg lebih strategis untuk menciptakan ruang yg lebih terbuka bagi anak agar bisa bertumbuh secara inklusif dalam komunitas mereka yg majemuk. Begitu juga, kegiatan ini bisa “menjadi momentum untuk mencari solusi persoalan kekerasan thd anak yang kini marak terjadi”, ujar Moh. Syukri, Kepala MTs Alkhairat di Tolitoli, yg hadir bersama dengan teman dari GPIBT (Gereja Protestan Indonesia di Buol Tolitoli) Tolitoli, Sulawesi Tengah.

Sebagai informasi, peserta dari gereja diwajibkan hadir dengan membawa satu teman dari agama lain. Hal ini sengaja dilakukan dengan harapan agar ketika mereka kembali ke daerah masing-masing, mereka bisa memulai kerjasama membuka ruang2 dialog lintas iman bagi anak di daetah masing2.