SENTANI,PGI.OR.ID – Di tengah simpang siurnya berita tentang peristiwa Nduga, Papua, Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) melakukan kunjungan pastoral untuk melihat dari dekat duduk persoalan yang terjadi di Papua secara menyeluruh, dan secara khusus terkait situasi keamanan di Nduga. Kunjungan Pastoral ini direncanakan berlangsung pada Natal 2018, namun baru terlaksana pada 10-12 Januari 2019 sebagai respons terhadap situasi terkini di Papua.
Tim Pastoral PGI, yang tiba di Bandara Sentani pada Kamis (10/1), dipimpin oleh Ketua umum MPH PGI, Pdt. Henriette Hutabarat Lebang, didampingi 2 orang ketua, Pdt. Albertus Patty dan Pdt. Bambang Widjaya, bersama Pdt. Karl Phil Erari mewakili Majelis Pertimbangan PGI dan seorang sekretaris eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian, Pdt. Henrek Lokra. Tim pastoral dijemput oleh Ketua PGI Wilayah (PGIW) Papua, Pdt. Herman Saut, bersama sejumlah pengurus PGIW Papua.
Pada hari pertama, Tim Patoral PGI mengunjungi Kapolda Papua dan mendapatkan banyak informasi sebagai bahan kajian Tim untuk merumuskan langkah strategis yang harus dilakukan oleh gereja-gereja di Indonesia. Setelah kurang lebih 3 jam diterima Kapolda Papua, Irjen. Pol. Martuani Sormin Siregar, M.Si., Tim pastoral melanjutkan pertemuan dengan Pengurus Gereja Kemah Injil Indonesia (KINGMI) di kantor Sinode KINGMI DNA, diterima langsung oleh Pdt. Ben Giay bersama pengurus sinode. Banyak hal yang dibicarakan mengenai situasi Papua yang bermanfaat bagi perumusan langkah strategis peran PGI di Papua.
Selain dengan KINGMI, Tim Pastoral juga bertemu dengan Sinode GKI Tanah Papua, diterima oleh Ketua Sinode GKI Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, bersama jajaran Badan Pekerja AM Sinode GKI Tanah Papua. Tim Pastoral mendengar kondisi terkini di Nduga di mana Badan Pekerja AM Sinode GKI Tanah Papua ikut terlibat rangka advokasi masalah Nduga.
Di hari kedua, Jumat (11/1), Tim Pastoral PGI berkesempatan menemui PGIW Papua dan ketua DPD PIKI Papua, Prof. Bert Kambuaya. Tim Pastoral PGI mendengar masukan mengenai kondisi Papua secara global dan spesifik, termasuk bagaimana gereja-gereja di Indonesia bisa berperan secara maksimal di Tanah Papua dan menerjemahkan harapan gereja-gereja di Papua. Dalam percakapan tersebut, muncul juga sejumlah catatan mengenai pentingnya gereja-gereja melakukan introspeksi dalam pelayanannya di Tanah Papua agar umat dapat berkembang dan keluar dari krisis.
Setelah menemui PGIW Papua, Tim Pastoral PGI secara berturut-turut bertemu dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Tanah Papua (PGGP), perwakilan Komnas HAM Papua dan Pangdam XVII Cendrawasih, MayJen TNI Yosua Pandit Sembiring, di kediamannya. Tim juga bertemu dengan Mgr. Leo Laba Ladjar, O.F.M, Uskup di Keuskupan Jayapura. Kepada Tim Pastoral PGI, Mgr. Leo Laba Ladjar menyampaikan harapannya agar berbagai pihak hendaknya memeriksa terlebih dahulu berbagai informasi mengenai Papua sebelum menyebarluaskannya.
Rencananya Tim Pastoral akan menemui Gubernur Papua berserta Ketua DPRD Papua dan Majelis Rakyat Papua, namun sayangnya Gubernur masih dalam kunjungan kerja ke Nduga sehingga pertemuan belum bisa terlaksana. Sebelum balik ke Jakarta, Tim Pastoral PGI sempat berdiskusi dengan Pdt. Lipius Biniluk, Mantan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Pdt. Biniluk menyampaikan harapannya agar PGI dapat membentuk tim investigasi yang dikirim ke Nduga untuk melakukan verifikasi berbagai informasi di lapangan.
Sebagaimana diketahui, pada 1 Desember 2018 terjadi penculikan dan penembakan terhadap para pekerja pembangunan Jembatan Kali Aorak dan Jembatan Kali Yigi di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Jembatan ini merupakan bagian dari proyek Trans-Papua segmen 5 yang menghubungkan Wamena-Mumugu dengan panjang 278,6 km. Peristiwa ini berdampak pada memanasnya kondisi keamanan di Papua dan eskalasi persolaan HAM.
Pewarta: Henrek Lokra
Editor: Beril Huliselan
COPYRIGHT © PGI 2019
Be the first to comment