Kontribusi Agama-agama bagi Penyelamatan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat Adat

Peserta bersama pengurus IRI Indonesia foto bersama diakhir kegiatan Peluncuran dan Sosialisasi Panduan Keagamaan Tentang Kehutanan dan Masyarakat Adat

JAKARTA,PGI.OR.ID-Bekerjasama dengan Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, lembaga-lembaga keagamaan (PGI, MUI,  NU, PHDI, KWI, Muhammadiyah, Matakin, dan Permabudhi), Masyarakat  Adat, dan LSM-LSM lingkungan hidup, meluncurkan buku panduan keagamaan tentang kehutanan dan masyarakat adat, di Erian Hotel, Jakarta, pada Jumat (16/12/2022).

Buku panduan tersebut merupakan kontribusi pemikiran dan tulisan untuk dijadikan pedoman khotbah terkait ajaran agama masing-masing. Buku ini secara khusus dapat menjadi panduan bagi umat beragama dalam rangka penyelamatan hutan, dan mitigasi perubahan iklim, serta upaya pemberdayaan masyarakat adat yang tinggal di sekitar hutan.

Pdt. Jimmy Sormin saat menyampaikan sambutan

Ketua IRI Indonesia yang juga Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI, Pdt. Jimmy Sormin, dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa sejak 2020 IRI Indonesia mensosialisasikan pentingnya komunitas keagamaan dalam merespon persoalan hutan. “Memang belum banyak yang memahami tentang keberadaan IRI Indonesia ini, masih dianggap asing, sehingga pentingnya sosialisasi untuk saling melengkapi secara lintas iman,” tandasnya.

Secara global, lanjut Pdt. Jimmy, dunia telah melihat betapa pentingnya umat agama dalam menyikapi kerusakan hutan. “Karena ini ternyata terkait persoalan moral. Kerakusan, eksploitasi alam yang berlebihan, perusakan hutan tropis, dan lainnya. Sebab itu, peran strategis lintas agama sangat dinantikan,”  jelasnya.

Lebih jauh dijelaskan, IRI Indonesia juga telah mengevaluasi bahwa kerjasama lintas agama bersama masyarakat adat sangat diperlukan. Sehingga pada awal 2020 telah dideklarasikan sebagai sikap moral masyarakat adat dan lintas agama, terhadap situasi lingkungan hidup dan iklim di Indonesia.

Menurutnya, pendekatan kultural, yang dilakukan oleh masyarakat adat serta agama-agama terbukti bisa mengurangi kerusakan hutan, seperti yang terjadi di hutan Amazon, Brazil, Amerika Selatan. “Mereka bisa mengontrol hutannya sendiri, karena masyarakat adat dan komunitas agama mengambil perannya, tentu juga atas dukungan NGO internasional yang peduli terhadap perlindungan hutan. Kenapa ini kita adaptasi juga di Indonesia,” tandasnya.

Diskusi bersama Dr. Fachruddin Mangunjaya

Dia pun berharap dengan adanya buku panduan ini terbangun kesadaran dan gerakan bersama untuk merestorasi dan mengkonservasi alam di Indonesia, khususnya hutan, demi keutuhan ciptaan Allah.

Pada kesempatan itu, dosen Universitas Nasional, Dr. Fachruddin Mangunjaya dalam diskusi panel memaparkan kondisi hutan tropis Indonesia dalam keragaman hayati serta perubahan iklim. Sedangkan Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr. Hayu S. Prabowo mengungkap kiprah lembaga yang merupakan aliansi multi-agama internasional ini, dalam rangka membawa urgensi moral dan sumber daya spiritual, ke upaya global untuk menjaga kelestarian hutan tropis.

Mengingat pentingnya panduan tersebut agar dapat diimplementasikan di tengah-tengah umat, peserta, baik yang mengikuti secara online dan onsite, bersama-sama mengikuti diskusi mendalam, yang dikelompokkan sesuai agama masing-masing, di ruang zoom.  

 

Pewarta: Markus Saragih