Konferensi Gereja dan Masyarakat Akan Dibuka

PGI – Yogyakarta. Hari ini (12/5/2014) adalah pembukaan Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) yang diselenggarakan PGI di Yogyakarta. KGM merupakan Konferensi 5 tahunan yang diselenggarakan PGI sebelum digulirkannya Sidang Raya PGI. Konferensi ini memfokuskan dan mengeksplorasi isu-isu yang terjadi di masyarakat Indonesia dan bagaimana kehadiran gereja memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjawab tantangan dan pergumulan tersebut. Karena itu, dalam KGM ini selalu dilibatkan para pakar bidang keilmuan tertentu, selain teologi. Perhelatan ini menjadi penting bagi PGI karena hasil dari KGM ini nantinya akan menentukan program dan kegiatan PGI ke depan.

Tema KGM tahun 2014 ini adalah: “Tuhan Mengangkat Kita dari Samudera Raya.” Subtemanya adalah: “Dalam Solidaritas dengan Sesama Anak Bangsa, Kita Tetap Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila guna Menanggulangi Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme dan Kerusakan Lingkungan.”

Berdasarkan subtema tersebut, ada 4 isu yang diangkat untuk dibahas/dibicarakan dalam KGM, yaitu: Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme, dan Kerusakan Lingkungan. Mengapa keempat isu tersebut menjadi fokus KGM?

Kemiskinan

Indonesia menempati urutan keempat di dunia berdasarkan jumlah penduduk. Namun posisi ini berbanding terbalik dengan HDI, nomor 129 berdasarkan laporan UNDP pada 2011. Jumlah penduduk besar dan berkualitas merupakan modal pembangunan, sementara jumlah besar tetapi kurang berkualitas, seperti Indonesia, akan menjadi beban pembangunan. Hal ini masih diperpelik lagi dengan tingkat korupsi yang begitu hebat. Menurut laporan International Transparency, Indonesia menduduki posisi 117 negara-negara berdasarkan index perception corruption. Hal ini mengakibakan Indonesia sulit keluar dari masalah kemiskinan.

Ketidakadilan

Menurut laporan pemerintah, pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini cukup tinggi dan iklim investasi pun cukup menjanjikan. Namun gaung pertumbuhan ekonomi ini nyaris tidak terlihat dalam hidup keseharian penduduk, terutama di luar Jawa.Pertumbuhan ekonomi yang baik pada kenyataannya hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah atas. Kesenjangan kaya dan miskin masih terlihat sebagaimana diekspresikan dengan adanya BLT. Ketidakadilan ekonomis ini juga diikuti dengan berbagai bentuk praktek diskriminasi. Penegakan hukum hanya efektif bagi mereka yang kuat, sementara hak-hak mereka yang lemah acapkali terabaikan.

Radikalisme

Satu setengah dekade terakhir ini, kehidupan masyarakat majemuk yang harmonis terusik dengan semakin mengentalnya sektarianisme, intoleransi dan penggunaan simbol-simbol agama. Hal ini, terlihat dengan semakin menguatnya kecenderungan memperjuangkan aspirasi lewat partai-partai berbasis agama, munculnya produk-produk hukum dan kebijakan negara yang berbasis agama dan cenderung menggeser posisi Pancasila.
Semangat intoleransi ini paling nyata mewujud dalam berbagai kasus-kasus penutupan gereja, penghancuran ekspresional budaya lokal dan pemberangusan kelompok-kelompok minoritas di berbagai tempat di Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Banten.

Kerusakan Lingkungan

Saat ini di berbagai wilayah di Indonesia sedang marak terjadi konflik agraria antara masyarakat yang mempertahankan hak-haknya berdasarkan hak milik masyarakat adat berhadapan dengan rejim sertifikasi, yang tak jarang juga menimbulkan korban nyawa dan melibatkan aparat negara yang ada di belakang para pemilik modal perkebunan ataupun pertambangan atas konsesi HPH yang diberikan oleh negara. Konflik agraria diperkirakan akan masih terus berlanjut mengingat eksploitasi SDA atas nama pembangunan dan pemenuhan ekonomi masih terus terjadi sementara lahan yang tersedia sangat terbatas.
Di sisi lain hal ini juga akan makin menggerus alam sekitar kita. Pola pembangunan yang tidak ramah lingkungan seperti perluasan kebun sawit dan tanaman industri lainnya serta pertambangan telah menyebabkan kondisi alam semakin rusak.

KGM ini akan dibuka dan disambut Sultan Hamengkubuwono X. Sebagai keynote speaker akan disampaikan Pdt. Dr. A. A. Yewangoe (Ketum PGI dan teolog) dan Prof. Roy Sembel (ekonom). Pembahasan topik dan pleno akan dilaksanakan pada 13-15 Mei. Para peserta KGM ini terdiri dari Pimpinan Sinode Gereja Anggota PGI, Pimpinan PGIW dan SAG, Pimpinan Lembaga dan Mitra PGI, Tokoh-tokoh Kristiani, dan Perguruan Tinggi Kristen. Panitia pendukung dilaksanakan Sinode GPIB.

Editor: Boy Tonggor Siahaan
Sumber: Buku Panduan KGM 2014

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*