Ketum GPM: Gereja Orang Basudara Hasil Refleksi Pengalaman Bergereja di Maluku Terutama GPM

Ketua Klasis Kota Ambon, Ketua Sinode GPM, Gubernur Maluku saat menandatangani prasasti

AMBON,PGI.OR.ID-Gereja Orang Basudara (bersaudara) sebetulnya merupakan hasil refleksi pengalaman bergereja di Maluku terutama Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam bersentuhan dengan umat beragama lain. Ini adalah gagasan GPM secara utuh untuk menjadi Gereja yang memiliki identitas, memiliki karakter dan bercirikhas.

Hal tersebut disampaikan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Pdt. AJS Werinussa diselah-selah kesibukan GPM memperiapkan diri mensyukuri 81 Tahun Gereja Protestan Maluku (5/9).

“Setelah pengalaman konflik, kami merasa harus mengangkat ke permukaan nilai-nilai persaudaraan yang selama ini terkemas dalam adat dan budaya kita sebagai orang Maluku misalnya ada pela gandong begitupun juga kearifan-kearifan lokal tentang adat budaya persaudaraan yang menjadi tradisi oleh setiap daerah-daerah di wilayah Maluku dan Maluku Utara, karena itu kami sepakat sebagai GPM untuk mengangkatnya menjadi ciri GPM,” tuturnya.

Lebih jauh dijelaskan, pengakuan Gereja Orang Basudara digagas karena GPM secara teologi dan eklesiologi mengakui kemajemukan sebagai karunia Tuhan dan itu merupakan bentuk serta cara Tuhan bai kehidupan untuk membebaskan dan menyalamatkan manusia dari kebinasaan dalam bentuk kemajemukan agama, budaya, adat-istiadat dan sebagainya.

“Karena itu kami merasa perlu untuk menjadikan GPM sebagai gereja orang basudara. Kedepan gereja orang basudara ini bagaimana? praktek-praktek bergerejanya, yaitu praktek bersama-sama kita liat saja telah menjadi kebiasaan di GPM kalau ada peletakan batu penjuru gereja biasanya menghadirkan gandong-gandong yang kendatipun beragama muslim juga dilibatkan, peresmian gereja juga kegiatan lainnya,” katanya.

Contoh saat pentahbisan gedung gereja Bethania, Klasis Kota Ambon, salah satu gereja yang menjadi cikal bakal jemaat-jemaat di Kota Ambon, bersama Gubernur Maluku Ir. H. Said Assagaff, turut menandatangani prasasti, sesuatu yang sangat “sakral di GPM” yang biasanya hanya dilakukan oleh para Pendeta terutama pimpinan Gereja.  Melalui kesempatan itu kita membuka ruang bagi basudara Muslim melalui Gubernur, yang merupakan representasi dari basudara Muslim, untuk menandatangani Prasasti tersebut. Dan melalui momentum tersebut, saatnya kita meletakan, sekaligus mencanangkan dalam rangka HUT 6 September GPM sebagai Gereja Orang Basudara.

Ketua Sinode GPM, Pelayan Khusus Bethania
Ketua Sinode GPM, Pelayan Khusus Bethania

“Nah Eklesiologi Gereja Orang Basudara, artinya GPM memahami diri bahwa dia adalah bahagian dari persaudaraan sejatai umat manusia dan teristimewa di Maluku. Gereja Orang Basudara Bukan saja kami membangun persaudaraan dengan orang Maluku tetapi yang paling penting juga suku-suku lain serta orang lain yang ada di Maluku, dan ini persoalan kemanusian yang perlu dibangun menjadi warna bergereja. Dalam rangka itu kami sudah menugaskan seluruh pimpinan-pimpinan klasis dan pimpinan-pimpinan jemaat supaya mereka dalam peragaan kepemimpinan pelayanan harus betul-betul mencerminkan kita sebagai Gereja Orang Basudara,” paparnya.

Perayaan HUT ke 81 GPM, diisi dengan berbagai kegiatan seperti kunjungan ke lembaga pemasyarakatan di Negeri Lama, pencanangan untuk penanggulangan HIV AIDS dalam bentuk senam di lapangan Merdeka, Di jemaat ada banyak kegiatan misalnya; lomba-lomba olahraga, gerak jalan, dan musik gereja.