Kerukunan antarumat beragama di Kulonprogo tidak sekadar jargon semata, tetapi terbukti di kehidupan sehari-hari. Saat rumah milik Suraji warga Grigak Giripurwo Girimulyo, rumah milik Herman di Krinjing Jatisarono Nanggulan dan Walyadi warga Pedukuhan Setan Wijimulyo Nanggulan, Minggu (14/9/2014) dilakukan bedah rumah.
Semangat gotong-royong warga setempat yang berbeda keyakinan saat bedah rumah ketiga warga tersebut, patut diacungi jempol. Baik warga Muslim maupun Kristiani, saling bahu-membahu membantu masyarakat kurang mampu menggunakan dana dari berbagai sumber untuk memperbaiki rumah agar lebih layak huni.
Saat mengunjungi rumah Suraji, Bupati Hasto Wardoyo menyatakan salut kepada warganya yang mau memberikan bantuan tanpa melihat latar belakang keyakinannya, termasuk Paroki Santa Maria Tak Bernoda Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta.
“Saya salut dengan kerukunan antarumat beragama di Kulonprogo, semua warga saling membantu tanpa membedakan keyakinan antara satu dengan yang lain. Bantuan diberikan dari Paroki Nanggulan, Paguyuban Kristiani Kulonprogo,” kata Hasto, kemarin.
Bantuan tersebut diberikan kepada Suraji yang beragama Islam, bupati berharap kesetiakawanan sosial terus lestari di Bumi Kulonprogo Binangun.
Ia berharap kerukunan antarumat beragama dapat terus dijaga dan tidak hanya pada saat acara-acara tertentu saja tetapi seluruh kehidupan sehari-hari.
Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo yang mendampingi Hasto menyatakan, bangga kepada warga Kulonprogo yang masih mengedepankan semangat gotong-royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menurutnya, gotong-royong merupakan budaya bangsa yang tidak dimiliki bangsa lain dan harus dilestarikan dan terus digelorkan semangatnya.
“Saya bangga dengan semangat gotong-royng yang ditunjukkan oleh warga Kulonprogo. Harus terus dilestarikan, budaya asli bangsa Indonesia dari nenek moyang kita,” tambahnya. (Tribunjogja.com)
Be the first to comment