Kelompok Buddha Radikal Mengancam Kaum Evangelis di Sri Lanka

PGI – Jakarta. Kelompok garis keras Buddha telah melakukan kampanye melawan Gereja-gereja evangelis di kota-kota Sri Lanka dan memperingatkan mereka menghentikan kegiatan keagamaan mereka di desa-desa Buddha.

Rahwana Balaya, sebuah organisasi Buddhis Sinhala radikal, mengunjungi lebih dari 20 pusat pelayanan doa evangelis dari 15-19 Juli di Polonnaruwa dan mengatakan kepada para pendeta untuk menghentikan pelayanan mereka dan berhenti konversi umat Buddha dan Hindu, demikian Ven Ittekande Saddhatissa Thero, Sekretaris Jenderal Rahwana Balaya.

“Kami telah mendapat ratusan pengaduan dari umat Buddha dan Hindu bahwa para pendeta evangelis mengkonversi umat Buddha ke dalam agama mereka dengan menawarkan hadiah dan uang kepada mereka,” katanya.

“Jika gereja-gereja evangelis tidak mau menghentikan misi mereka, kami akan mengambil tindakan hukum terhadap pusat-pusat doa mereka.”

Saddhatissa Thero mengatakan bahwa 20 biksu dan beberapa pendeta Hindu telah mengambil bagian dalam kampanye itu.

“Banyak pendeta sepakat dengan kami untuk menghentikan pusat-pusat doa mereka dari desa-desa Buddha, tapi sejumlah orang menentang usulan mereka,” kata Godfrey Yogarajah, Sekretaris Jenderal NCCA.

Selama tahun 2014, sekitar 60 gereja dan pusat-pusat doa evangelis telah menjadi target, sementara 120 lain diserang tahun 2013, demikian Christian Evangelical Alliance Nasional (NCCA).

“Banyak pendeta telah dipukuli dan diancam bila tidak menghentikan pertemuan doa mereka,” kata Godfrey Yogarajah, Sekretaris Jenderal NCCA.

“Massa yang menyerang doa bersama ini dipimpin oleh para biksu Buddha,” kata Yogarajah.

Pemerintah telah meluncurkan satuan polisi khusus pada April untuk mengatasi ketegangan agama meningkat antara Kristen, Muslim dan mayoritas Buddha.

Pastor O.S. Fernando, ketua Pastor’s ‘Fellowship Group di Polonnruwa, membantah tuduhan bahwa kelompok-kelompok evangelis telah menawarkan uang atau hadiah kepada masyarakat untuk dikonversi.”

“Kami tidak pernah mengkonversi paksa (atau) membangun rumah baru untuk menarik umat beriman. Ini keputusan mereka sendiri,” katanya.

“Sementara seorang pendeta sedang membangun rumah baru, biarawan Buddha menduga bahwa gedung itu adalah pusat doa baru sehingga mereka melakukan protes,” katanya. “Lebih dari 150 orang datang bersama biksu Buddha menghentikan pembangunan gedung baru itu.”

“Sekarang pendeta telah diamankan polisi,” katanya, seraya menambahkan, “Banyak pendeta takut untuk bekerja di daerah itu sekarang.”

Sumber: UCA News

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*