Keesan Gereja tidak Terpisahkan dari Kesatuan Umat Manusia dan Kesatuan Seluruh Ciptaan

Pdt. Odair Pedroso Mateus, Direktur Komisi Iman dan Tata Dewan Gereja-Gereja se-Dunia

JENEWA,PGI.OR.ID-Karya keesaan gereja sebagai karya yang tidak terpisahkan dari karya kesatuan umat manusia dan seluruh ciptaan mengemuka dalam Sidang Komite Sentral Dewan Gereja-Gereja se-Dunis (WCC) yang berlangsung di Jenewa, Swiss, sampai 21 Juni. Pesan ini disampaikan oleh Pdt. Odair Pedroso Mateus, Direktur Komisi Iman dan Tata WCC.

Bagi Odair, keesaan gereja merupakan jantung dari apa artinya menjadi ekumenis. Namun, perhatian pada kesatuan umat manusia dan mengatasi tembok-tembok pemisah juga tidak bisa dipisahkan dari pemahaman yang sama.

Dalam ulasannya terhadap 7 dekade karya keesaan gereja, Odair merujuk pada posisi yang muncul dalam Persidangan WCC di New Delhi, India, pada 1961. Dalam posisi tersebut, keesaan dirumuskan sebagai anugerah Allah melalui Roh Kudus. Karena itu, Odair mengatakan bahwa “gerakan keesaan tidak menciptakan kesatuan; gerakan keesaan terlibat di dalam upaya mewujudkan anugerah keesaan tersebut.”

Posisi yang diambil gereja-gereja dalam Persidangan WCC di New Delhi menunjukan bahwa elemen keesaan yang nyata (visible) terlihat dalam pengajaran Injil, iman apostolik, kehidupan sakramental, pelayanan, misi dan diakonia. Bagi Odair, elemen-elemen ini berfungsi sebagai basis bagi karya WCC, yakni: “membantu gereja-gereja saling bertemu satu dengan yang lain untuk keesaan yang nyata dalam persekutuan ekaristik.”

Elemen lainnya muncul di Persidangan WCC di Uppsala pada 1968 yang merujuk pada gereja sebagai tanda dari kesatuan umat manusia yang akan datang. Posisi ini memuat di dalamnya perlawanan terhadap ekslusifitas kelas dan ras, eksploitasi umat manusia dan degradasi sosial, politik dan ekonomi.

Dalam semangat yang sama, menurut Odair, Persidangan WCC pada 2013 di Busan, Korea Selatan, menyatakan keterkaitan antara kesatuan gereja dengan kestauan umat manusia dan kesatuan seluruh ciptaan.

Dalam konteks ini, Odair mengingatkan agar visi tersebut tidak hanya diingat, tetapi menjadi efektif di dalam karya programatik.

Selama berlangsunya sidang pleno, Dr. Theodora Issa dari Gereja Ortodoks Syria di Antiokia berbicara mengenai karya yang mereka lakukan untuk mempromosikan kesatuan umat Kristen. Termasuk di dalamnya, deklarasi bersama yang dicapai dengan Gereja Katolik Roma pada 1984 yang ditandatangani bersama oleh Paus Yohanes Paulus II dari Gereja Katolik Roma dan Patriah Ignatius Zakka dari Gereja Ortodoks Syria.

Pada kesempatan yang sama, Uskup Arnold Temple dari Gereja Methodis di Sierra Leone, Afrika Barat, berbicara mengenai kebutuhan untuk mendukung keesaan di tingkat akar rumput. (ecumenicalnews.com)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*