Kawal Pilkada dengan Literasi Media Sosial

Peserta Workshop

TERNATE,PGI.OR.ID-Pilkada serentak akan dilakukan pada 27 Juni 2018 mendatang. Pilkada tersebut akan berlangsung di 171 daerah, yang terdiri dari 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Pilkada adalah sebagian dari proses demokrasi yang ditandai dengan keterlibatan warga dalam pemilihan dan penentuan pemimpinnya.

Para kandidat pemimpin akan melakukan komunikasi dan kampanye politik untuk meraih dukungan dan simpati warga. Para kandidat menyampaikan pesan politik kepada para pendukung dan khalayak ramai secara langsung seperti blusukan, kampanye akbar maupun melalui perantara media, televisi atau radio, dan media luar ruang dalam bentuk spanduk maupun baliho. Di era digital, salah satu media yang digunakan untuk melakukan komunikasi dan kampanye politik adalah media sosial.

Saat pembukaan workshop

Perkembangan media sosial dan tumbuhnya pengguna media sosial merupakan faktor penting dan strategis bagi para kandidat untuk komunikasi dan kampanye politik. Lewat komunikasi intens di media sosial para kandidat dapat membentuk opini warga dan memberikan dukungannya melalui paparan ide, gagasan, visi misi dan programnya.

Komunikasi dan kampanye politik di ruang dunia maya, tak hanya dipenuhi dengan paparan program, visi misi dan adu gagasan semata, terkadang hadir juga informasi yang belum tentu kebenarannya, informasi yang negatif, informasi yang membuka kekurangan pasangan kandidat lain atau informasi yang menyerang pribadi kandidat.

Pengguna media sosial tak hanya sebatas sebagai penerima informasi semata tetapi sekaligus dapat sebagai sumber informasi. Seperti pada perjumpaan di dunai nyata, dalam media sosial, persamaan terhadap sesuatu, akan menumbuhkan kedekatan emosi ”perasaan” yang sama, sehingga dapat lebih mudah dipercaya. Dalam komunikasi politik di media sosial, pengguna media sosial akan cenderung berkomunikasi dengan pengguna media sosial yang punya pandangan politik yang sama.

Dalam komunikasi politik di media sosial, sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya namun disampaikan oleh pengguna media sosial yang memiliki pandangan politik yang sama akan dianggap sebagai sebuah kebenaran, sebaliknya fakta yang akurat, dengan informasi yang benar namun disampaikan oleh pengguna media sosial yang berbeda pandangan politiknya akan dianggap sebagai berita bohong. Fenomena dalam Pilkada DKI 2017 memperlihatkan hal demikian, ketika pertemanan dalam media sosial menjadi terputus “unfriend” semata karena mempunyai pandangan politik dan mendukung pasangan pemimpin yang berbeda.

Salah satu peserta menunjukkan hasil karya video 1 menit

Dalam konteks ini, diperlukan literasi media bagi para pengguna media sosial untuk jeli memilah dan menyaring informasi yang benar dan salah. Sehingga para pengguna tidak hanya berdasarkan emosi dan kedekatan pandangan politik saja, tetapi karena memang berdasarkan kebenaran sebuah berita. Di sisi lain kehadiran para pengguna media sosial lain yang menampilkan pesan-pesan pilkada damai, informasi-informasi lain yang berimbang tentang para kandidat juga diperlukan. Sehingga pada akhirnya komunikasi dan kampanye politik lewat media merupakan salah satu cara untuk menilai kandidat berdasarkan program, wawasan, dan visi misinya.

Terkait dengan itu, Yakoma PGI bekerjasama dengan GMKI Ternate menggelar Workshop Kawal Pilkada dengan Literasi Media Sosial, di Ternate (14/11). Narasumber dari diskusi ini Dr.Hendra Karianga SH MH (Kontestasi Politik dalam Pilkada 2018 dalam Mewujudkan Pilkada Damai), Sofyan Daud dari Garasi Genta (Partisipasi Generasi Milineal: LIterasi Politik dan Media Sosial), dan Irma/Agung sebagai fasilitator.

Workshop yang dihadiri oleh 35 peserta dari berbagai pemuda gereja di wilayah Ternate ini, bertujuan membentuk pengguna media sosial yang aktif menyebarkan gagasan, praktik, dan pengalaman tentang pilkada damai melalui berbagai bentuk konten media online, dan media jejaring sosial. Selain itu, terbentuknya simpul-simpul pemuda/di Ternate yang mengembangkan upaya-upaya aktif yang menyebarkan gagasan, praktik, dan pengalaman tentang pikada damai melalui media online dan media sosial.

Output kegiatan ini adalah adanya konten media sosial yang dipakai sebagai media untuk pendidikan politik dalam mengawal pilkada 2018.

Direktur Yakoma PGI Irma Simanjuntak dalam sambutannya mengatakan, menjelang pilkada politik identitas akan digunakan sebagai bahan untuk memenangkan calon. Oleh karena itu masyarakat harus waspada terhadap pengkotak-kotakan untuk kepentingan politik praktis. Pendidikan politik bagi warga gereja diperlukan agar mampu memilih pemimpin berkualitas serta mengawal pilkada. Salah satunya adalah dengan menggunakan media sosial dimana anak anak muda ada di dalamnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Ternate H. Abdullah Taher, SH yang juga hadir dalam acara ini mengharapkan partisipasi pemuda gereja untuk mengawal pilkada agar sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*