JEMBER, PGI.OR.ID – Komisi Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa GKJW Jemaat Rejoagung Jember, pada Sabtu 13 Februari 2021 mengadakan malam keakraban dan dialog kasih dengan Peace Leader Jember, yang berasal dari lintas agama dan kepercayaan, seperti Islam, Katolik, Kristen, NU, Ahmadiyah, dan Kepercayaan Sapta Darma.
Dialog kasih ini bagian dari kegiatan yang diinisiasi oleh KPPM Jemaat Rejoagung untuk menumbuhkan pemahaman dan kasih dalam kebhinekaan. Kegiatan lainnya adalah Bakti Sosial Pemuda GKJW Rejoagung ke Pesantren, di Minggu, 14 Februari 2021.
Pendeta Rena Kartikaningrum menambahkan, “Pelaksanaannya memang di laksanakan pas hari Valentine untuk menyampaikan atau mewujudkan kasih kepada yang lain bahkan kepada mereka yang berbeda.”
Lewat perjumpaan dalam kebhinekaan ini, peserta saling berbagi cerita dan pengalaman pribadi masing-masing. Dengan keterbukaan, tanpa sungkan dan berani, peserta membagikan kisahnya. Seorang pemuda Kristen menceritakan pernah ditolak menempati kost karena pemilik kost tidak menerima jika penghuni kost berbeda agama dengannya. “Padahal, semula harga sewa kost sudah ok,” imbuhnya.
Lain halnya dengan teman dari Penghayat Kepercayaan. Ia menyampaikan perjuangan panjangnya sampai akhirnya di kolom agama di KTP-nya dapat ditulis Penghayat Kepercayaan. Di lain cerita, pemuda dari Ahmadiyah merasa minoritas, meskipun ia beragama Islam.
Di balik cerita yang disampaikan peserta tersebut terbersit luka dan kekecewaan karena ditolak, dipinggirkan karena berbeda. Namun dengan mengungkapkan cerita, peserta merasa dikuatkan karena hal itupun juga dirasakan oleh yang lain, dan disisi lain diterima meskipun berbeda dalam pertemuan ini.
Ustad Kartono menyampaikan bahwa penolakan tersebut bukan persoalan agama, melainkan bisa jadi karena belum adanya kedewasaan iman seseorang. Sebab, seharusnya semakin dewasa iman seseorang, semakin kuat iman seseorang maka harusnya ia semakin mampu menerima perbedaan, hidup bersama dan mewujudkan kasih.
Sementara itu Pendeta Rena mengajak peserta untuk segera bangkit dan berjalan dan tidak tenggelam dalam luka dan kekecewaan “Pilihan kita mau hidup dalam luka dan kekecewaan karena penolakan atau kita mau bangkit? Kita bisa bangkit dengan terus membuka diri dengan perjumpaan dengan sesama yang lain. Dialog-dialog kasih, narasi-narasi positif ini sangat perlu untuk terus kita bangun untuk menghilangkan prasangka negatif terhadap mereka yang berbeda dengan kita.”
Pendeta Rena yang baru melayani di Jemaat Rejoagung pada November 2020 juga berharap kaum muda menjadi pelopor dalam bersinergi di tengah kebhinekaan “Mari kita terus bertumbuh untuk menjadi pemuda, generasi penerus yang memiliki kedewasaan dan kekuatan iman. Sehingga kita dapat terus berjumpa, bersinergi dengan mereka yang berbeda untuk membawa berkat bagi yang lain.”
Pada hari kedua kegiatan, Minggu 14 Februari 2021, 50 orang kaum muda KPPM Jemaat Rejoagung berkunjung ke Pesantren Raudlah Darus Salam Sukorejo Bangsalsari bersama Peace Leader Jember. Kunjungan ini disambut sukacita oleh sekitar 30 orang santri. Terlebih ini adalah pengalaman pertama bagi para santri msupun pemuda gereja untuk saling bertemu. Meskipun baru pertama berjumpa, terlihat tak ada rasa canggung diantara mereka, bertegur sapa, bertukar cerita dan tak ketinggalan berselfi ria. “Bu Pendeta, mau selfi dengan kami?” ajak seorang santri ke Pendeta Rena yang mendampingi kunjungan tersebut.
Ternyata perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk terus berjumpa dan merajut persaudaraan. Seorang anggota KPPM menyampaikan kebahagiannya bisa bertemu para santri di Pesanten ini, “Saya senang dengan kunjungan ini, yang tak pernah terjadi sebelumnya.”
Dalam kunjungan ini, pemuda pemudi KPPM Jemaat Rejoagung dikenalkan dengan kehidupan sehari-hari para santri di Pondok dan juga berkeliling ke lingkungan Pesantren. Mereka pun bersama para santri makan siang yang telah disiapkan oleh pesantren. Sebagai tanda kasih, kaum muda KPPM memberikan bingkisan berupa alat-alat tulis, perlengkapan mandi, dan juga karpet.
Kyai Mizbah, pimpinan Pondok Pesantren menyambut baik kunjungan jni dan mendorong untuk terus merajut persaudaraan dengan saudara-saudara yang lain. Kyai Misbah pun berharap dapat berkunjung ke GKJW Rejoagung bersama para santri, “Dalam waktu dekat nanti para santri akan saya ajak kunjungan balasan ke GKJW Rejoagung ya bu Pendeta.”
Ruang-ruang perjumpaan seperti ini, memang diperlukan untuk merawat toleransi, kerukunan dan kebersamaan.
Pewarta : Nugroho Agung