KENYA,PGI.OR.ID-Seiring dengan kondisi Afrika yang tidak hentinya dibelah oleh kekerasan, Kardinal Onaiyekan dari Nigeria mengusulkan agar ada upaya dialog dengan kelompok militan Islam. Hal ini disampaikan Onaiyekan dalam konferensi para pemimpin agama dari Afrika, Asia dan Eropa yang berlangsung di Nairobi, Kenya.
Usulan ini ditentang oleh pemerintah karena dikuatirkan dapat mendorong lebih banyak serangan. Namun bagi Onaiyekan, dialog lintas iman – termasuk dengan kelompok militan – adalah kunci untuk mengakhiri konflik berdarah. Ancaman teror selama ini direspons pemerintah dengan aksi militer yang menghabiskan dana jutaan dollar. Padahal, dana tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan relasi dan dialog. Karena itu, Onaiyekan meyakini bahwa sudah saatnya pendekatan baru yang dikedepankan.
Terkait dengan kelompok militan Boko Haram, Onaiyekan mengusulkan agar para pemimpin muslim mengambil peran penting untuk membawa Boko Haram ke meja dialog.
Usulan Onaiyekan mendapat sambutan positif dari para perserta konferensi. Namun bagi Richard Tutah, konsultan dan ahli kontra-terorisme asal Kenya, negosiasi dengan kelompok militan tidak dimungkinkan selama mereka tetap melakukan kekerasan untuk meneror masyarakat sipil.
Selama 9 tahun, Boko Haram telah membom gereja, mesjid dan berbagai fasilitas pemerintah di Afrika Barat. Kelompok ini juga melakukan penculikan dan pembunuhan. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ini telah menyebar dari Nigeria Utara ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Chad di Afrika Tengah, Kamerun dan Niger di Afrika Barat.
Menurut Muhammadu Buhari, Presiden Nigeria, pada 2015 kelompok Boko Haram telah membunuh 10.000 orang, umumnya menggunakan anak perempuan sebagai penyerang bunuh diri. Sementara Gereja Katolik Roma memperkirakan lebih dari 5000 umat Katolik dibunuh di wilayah Utara Nigeria.
Sejauh ini pemerintah Nigeria tidak memiliki keinginan untuk melakukan negosiasi dengan Boko Haram, kecuali dalam peristiwa tertentu seperti kasus penculikan 276 murid sekolah perempuan pada 2014.
Konferensi para pemimpin agama yang berlangsung di Kenya membahas peran agama dan kontribusinya terhadap konflik dan perdamaian.
Dalam acara tersebut, Sheikh Rashid Omar, hakim tinggi pengadilan Islam di Kenya, mengutarakan bahwa para pemimpin agama harus mempelajari berbagai teks agama agar memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kelompok lain dan tidak meneruskan stereotip yang mendorong kekerasan.
Sheikh Rashid Omar memandang negosiasi tetap dimungkinkan di Nigeria. Dia mencontohkan kelompok militan Al-Shabab di Somalia yang menggunakan agama untuk membenarkan kekerasan. Setelah Organisasi Uni Afrika melakukan pendekatan selama hampir satu dekade, kelompok Al-Shabab memperlihatkan tanda-tanda perubahan dan meningkatnya peluang untuk membangun dialog di antara masyarakat Somalia.
Pada kesempatan yang sama, Uskup Alfred Rotich mendesak para pemimpin agama untuk bersatu dan mengonsolidasikan berbagai upaya dan memulai riset mengenai keamanan dan perdamaian. (www.sightmagazine.com.au)
Be the first to comment