Jilbab-Kopiah Membaur di Ibadah Natal

Ketua Panji Josua Tompaso Baru Rudy Sumaraw (paling kiri), Ust Saiful Baweting (kedua dari kiri), Pdt Nova Pola STh (ketiga dari kiri), Wakil Ketua Sinode GMIM Pdt Dr Hein Arina (tengah), Camat Tompaso Baru Hendrik Palit (keempat dari kanan), Hukum Tua Desa Torout Maulud Sabar Shut (ketiga dari kanan), Ketua BPD Torout Abdul Djalil Gayu (paling Kanan). Foto atas, bersama pimpinan agama, pemerintah serta tokoh masyarakat bersama beberapa warga.

MINSEL,PGI.OR.ID-Di Desa Torout, perbedaan agama menjadi warna-warni kehidupan bermasyarakat. Saat perayaan Natal, yang lebih banyak hadir justru yang berjilbab dan berkopiah.

Desa Torout bisa dibilang berbeda dengan desa-desa lain di Minahasa Selatan. 85 persen penduduk di desa ini beragama Muslim. Sisanya, Kristen dan Katolik. Warga Minsel, khususnya yang berada di seputaran Motoling, Tampaso Baru, dan Modoinding (Minsela) sudah familiar dan tahu tentang keberadaan desa yang letak di jalan utama menuju Tompaso Baru.

Hari itu, Sabtu (2/1), berlangsung ibadah Natal dan Tahun Baru. Yang menarik, sejauh mata memandang, di bangsal berukuran 20×15 meter di depan GMIM Imanuel Torout, mayoritas undangan adalah laki-laki berkopiah dan perempuan berjilbab. Menghadiri ibadah seperti ini, rupanya sudah tak asing bagi masyarakat muslim di enam dusun itu. Mereka membaur dan duduk berdampingan dengan jemaat dan umat gereja. Menurut Rudy Sumaraw, Ketua Panji Yosua Kecamatan Tompaso Baru, hidup rukun sudah menjadi tradisi di desa ini.

Perayaan ibadah tersebut dipimpin oleh Pdt Dr Hein Arina MTh. Menciptakan suasana hidup rukun dan damai menjadi kewajiban umat beragama. ”Living in peaceful,”sebutnya dalam khotbah. Arina sangat mengapresiasi apa yang ada di Desa Tourout. Sebabnya itu tadi. Harmonis. Cara hidup warga yang penuh dengan toleransi dan tenggang rasa dalam memeluk agama masing-masing. Nah, usai ibadah, sambutan Natal ternyata dibawakan Ustad Saiful Baweting. (Manado Pos)