Istimewanya Kain Tenun Sumba

Pemukulan gong oleh Wabup BSD tanda berakhirnya kegiatan PRPrG

WAIKABUBAK,PGI.OR.ID-Pagi itu saya menerima dua buah kain tenun Sumba. Tentu saja saya senang dengan dua kain yang diberikan itu. Namun ada alasan khusus, kenapa saya mendapatkan dua kain itu. Demikian cerita Pdt. Budieli Hia, pada tim media PGI.

Ceritanya, kata Budi, sebelum sidang Pertemuan Raya Pemuda (PRpG) di Waikabubak, Sumba Barat, Sabtu (2/11) dirinya mengikuti sarapan pagi di Gedung Alfa dan Omega Center. “Setelah saya ambil sarapan, saya lalu cari tempat duduk di deretan kursi yang disediakan. Ketika saya duduk, ternyata kaki kursi patah sehingga saya jatuh,” katanya. Tentu saja, kata Budi, jatuhnya saya menjadi perhatian semua orang yang ada di ruangan itu. “Üntung piring dan isinya tidak jatuh juga,”akunya.

Pdt. Budieli Hia

Lalu saya mencari kursi lainnya dan bersikap biasa saja. Tak lama kemudian, beberapa panitia mendatangi saya dan meminta maaf. “Saya bilang ke mereka, tak apa-apa dan tak perlu minta maaf. Saya tidak apa-apa kok,”katanya.

Selepas itu, saya melanjutkan menyantap sarapan saya dan tak lama kemudian, beberapa panitia PRPG dan seorang Pendeta senior dari GKS datang menghampiri saya. Pendeta itu membawa kain tenun dan kemudian menyampaikan sesuatu lalu mengenakan kain tenun ke pundak saya. “Mereka bilang ke saya, kain ini disematkan ke pundak saya sebagai permohonan maaf mereka atas apa yang telah terjadi. Lalu mereka menjelaskan bahwa dalam adat Sumba, bila ada tamu jatuh atau terpeleset, maka diberikan kain tenun Sumba dan juga potong babi. Tujuannya pemberian kain tenun itu, untuk mengangkat kembali jiwa orang tersebut dan apa yang terjadi cukup sampai di situ,”ujar Budi.

Pemberian kain tenun itu membuat Budi kaget dan terharu. “Keramahan mereka dengan apa yang terjadi pada saya membuat saya terharu. Budaya dan keramahan orang Sumba sangat terasa pada saya secara pribadi,”kataya lagi.

Selain kain tenun juga cium hidung sebagai tanda keakraban yang dilakukan pada Budi dari panitia dan tuan rumah GKS.

Apa yang dialami Pdt. Budieli Hia dengan menerima kain tenun Sumba adalah istimewa. Keistimewaan kain tenun Sumba lahir dari kekayaan alam Sumba. Warna kain Sumba menggunakan bahan alami, seperti akar mengkudu, serat kayu hingga lumpur. Beum lagi pemilihan motif yang unik yang merepresentasikan budaya Sumba adalah istimewa.

Keistimewaan kain tenun Sumba lainnya tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi berperan penting dalam penyambutan kelahiran, perayaan pernikahan, hingga pengantar orang yang sudah meninggal.

Setiap helai benang pada kain tenun Sumba memiliki makna mendalam bagi masyarakat Sumba. Antara lain karena proses pembuatannya memakan waktu yang lama, sehingga kain tenun ini dihargai dengan harga yang tinggi.

Data yang didapat menyebut, proses pembuatan satu helai kain mencapai 42 tahap. Pembuatan dimulai dari meramu tumbuhan dan hewan sebagai pewarna, dilanjutkan dengan proses pengikatan menggunakan daun gewang dan proses penjemuran hingga penenunan.

Setiap motif yang terdapat pada kain tenun ini juga memiliki makna masing-masing. Contohnya, motif kuda pada kain tenun melambangkan kepahlawanan, keagungan dan kebangsawanan karena kuda merupakan simbol harga diri bagi masyarakat Sumba.

Motif buaya dan ayam memiliki makna kekuatan dan kehidupan wanita, biasanya hanya raja dan ratu serta kalangan terdekatnya yang memakai motif ini. Motif yang lazim dijumpai lainnya, seperti motif burung kakatua yang melambangkan persatuan.

Jadi, Pdt. Budieli Hia mendapat hal yang istimewa dari masyarakat Sumba dengan dua helai kain yang dikenakan di pundaknya. Selamat pak!

 

Pewarta: tim media PGI