International Conference on Cohesive Societies (ICCS): “Many Communities, One Shared Future”

Doa dan ikrar bersama oleh perwakilan tokoh agama yang juga didampingi Presiden Singapura Halimah Yacob mengenai tujuh komitmen bersama dalam menjaga dan merawat kehidupan beragama yang harmonis

SINGAPURA,PGI.OR.ID-Bertempat di Raffles City Convention Center Singapura (19-21/6), acara Konferensi Internasional tentang Masyarakat yang Kohesif dilaksanakan dengan menghadirkan lebih dari 600 orang delegasi seperti para cendekiawan, tokoh masyarakat, pembuat kebijakan, serta pemimpin agama yang berasal dari berbagai organisasi, institusi pendidikan, lembaga agama, pemerintah, bahkan NGO.

Kegiatan yang bertajuk “Many Communities, One Shared Future” ini, bertujuan mengajak masyarakat Internasional menemukan nilai-nilai dari pengalaman yang beragam, guna membangun pemahaman bersama, dan menciptakan hidup yang harmonis baik dalam relasi antaragama, suku maupun budaya. Selain itu, konferensi juga dilatarbelakangi oleh kesadaran akan meningkatnya berbagai ketegangan dalam relasai antar agama maupun antar budaya, yang mengancam stabilitas sosial di negara-negara yang memiliki keberagaman agama dan budaya.

Konferensi yang diinisiasi oleh S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University Singapore ini, dibuka dengan jamuan makan malam bersama yang diisi berbagai penampilan musik, tari tradisional, serta drama musikal. Selanjutnya, didampingi oleh Presiden Singapura Halimah Yacob, para perwakilan tokoh agama melakukan doa dan ikrar mengenai tujuh komitmen bersama dalam menjaga dan merawat kehidupan beragama yang harmonis.

Helimah Yacob saat saat pidato

Ketujuh komitmen tersebut yaitu: (1) menjunjung tinggi kebebasan beragama, (2) membangun ikatan yang lebih kuat, (3) mendorong budaya konsiderasi dan saling pengertian, (4) berbagi dan menyebarkan keyakinan dengan rasa hormat dan sensitif, (5) memelihara solidaritas dalam krisis, (6) mendukung upaya-upaya institusional, dan (7) menjaga kerukunan antar umat beragama di Singapura yang lebih baik untuk semua.

Semua itu adalah hal-hal praktis yang diharapkan tidak hanya akan menjadi pedoman bersama masyarakat Singapura saja, melainkan lebih dari itu juga bagi negara-negara peserta konferensi.

Dalam pidato pembukaannya, Halimah Yacob mengatakan bahwa kemudahan dalam distribusi ide dan informasi dengan berbagai sarana modern secara tidak sengaja telah mempercepat penyebaran ideologi ekstremis. Dia mengutip bahwa, dalam 10 tahun terakhir saja, ada hampir 20.000 kematian yang diakibatkan oleh teror di seluruh dunia setiap tahunnya.

Ia pun menegaskan bahwa, “Warna kulit seseorang, kepercayaan yang dipegangnya, adat istiadat yang ia junjung, adalah identitas yang melekat pada dirinya, namun tidak dapat dipungkiri identitas tersebut dijadikan alasan pemicu terjadinya konflik dan perpecahan. Dengan demikian maka penting bagi kita untuk meningkatkan kerjasama, kolaborasi di komunitas dan negara kita masing dalam membangun jembatan yang menghubungkan keterpecahan tersebut.”

Hadir dalam konferensi ini mewakili Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang Ketua Umum dan Abdiel Fortunatus Tanias Kepala Biro Pemuda & Remaja. Tampak pula sejumlah delegasi lainnya dari Indonesia seperti Pdt. Joas Adiprasetya, Pdt. Martin Sinaga, Savic Ali, dan lainnya.

 

 

Pewarta: Abdiel Fortunatus

Editor: Markus Saragih

COPYRIGHT@PGI.OR.ID

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*