Ibadah Syukur Penganugerahan Bintang Mahaputra Utama kepada Sabam Sirait

JAKARTA.PGI.OR.ID. Sebagai ungkapan syukur atas penganugerahan bintang Mahaputra Utama kepada Sabam Sirait, Minggu (6/9), dilaksanakan ibadah syukur di Kantor Yayasan Komunikasi Indonesia, Jalan Matraman Raya 10A, Jakarta Timur. Selain keluarga dan kerabat, ibadah dihadiri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), serta Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly.

Negara Indonesia menganugerahi Tanda Kehormatan Republik Indonesia kepada sejumlah tokoh, yang langsung diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, sebagai bagian dari rangkaian kenegaraan dalam Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kemerdekaan RI, Kamis (13/8).

Di antara tokoh yang mendapat tanda kehormatan itu adalah Sabam Sirait. Sabam dianugerahi Bintang Mahaputra Utama. Pria kelahiran 13 Oktober 1936 ini merupakan tokoh politik senior, yang sudah bermetamorfosis menjadi seorang negarawan.

Dalam khotbahnya yang terambil dari Jeremia 29:7, Pendeta Gomar Gultom, MTh menegaskan, dimana kita hadir sebagai garam dan terang maka di sana juga hadir daya penebusan Kristus, sehingga yang lama diperbaharui, yang buruk menjadi baik, yang tidak adil menjadi adil, yang bengkok diluruskan, kebencian diganti kasih sayang, dendam diganti belas kasihan dan yang lemah diberdayakan.

Menurutnya, tidak mudah memang menjadi berkat dewasa ini, terutama di tengah carut marut penyelenggaraan negara kita saat ini, dimana seolah seseorang hanya bisa bertahan kalau ikut melacurkan diri dalam praktek-praktek koruptif dan manipulatif, ketika kebanyakan birokrat dan politisi kita sekarang ini, ganti menjadi tuntunan tetapi telah menjadi tontonan.

Tetapi, lanjut Gomar, justru di tengah kondisi seperti itulah kita diajak mengedepankan kehadiran kita sebagai “garam dan terang” dunia, sebagaimana diungkapkan Yesus: Kamu adalah garam dan terang dunia (Mat.5:13-16). Garam berarti memberikan rasa tapi tidak kelihatan.

Gomar juga menambahkan: “Menjadi berkat berarti orang Kristen harus bergerak di semua lini pembangunan: pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, pengentasan kemiskinan, karya sosial dan menggarami masyarakat di sana. Orang Jawa bilang rame ing gawe, sepi ing pamrih. Artinya, dalam mengasihi bukan karena mengharapkan balasan.”

“Maka saya menilai, penganugerahan Bintang Mahaputra Utama atas diri Bang Sabam hari ini, hanya menegaskan saja karya Imani seorang Sabam Sirait. Saya tak percaya, kiprah beliau selama ini menuntut suatu pengakuan atau penghargaan dari negara; pastilah perjuangannya selama ini tidak dalam rangka menuntut balas. Semua dilakoninya sebagai bagian dari kesaksiannya dalam memberitakan Kasih Allah akan dunia,” jelas Sekretaris Umum PGI ini.

Sabam Sirait bersama istri saat menyerahkan kenang-kenangan kepada Ahok
Sabam Sirait bersama istri saat menyerahkan kenang-kenangan kepada Ahok

Politik Itu Suci
Dalam sambutannya, Ahok sangat mengapresiasi ungkapan Sabam bahwa politik itu suci. Mantan Walikota Belitung Timur ini melihat, dunia politik bisa menjadi panggung kesaksian iman Kristen kita. Dan di situ kita butuh tokoh-tokoh seperti Sabam Sirait yang bisa menyaksikan iman kekristenannya dalam dunia politik.

“Harus diakui dunia politik inilah yang mengatur kehidupan bersama yang lebih besar. Oleh karenanya bagimana kesaksian iman kristen hadir disitu dan Sabam telah membuktikan itu,” ujarnya.

Sementara itu, Yasonna Laoly melihat, Sabam Sirait memiliki kelenturan yang luar biasa, tetapi tetap setia kepada hal-hal yang sangat prinsip. “Sangat sedikit tokoh Kristen yang tampil di tingkat nasional, dan lebih sedikit lagi yang konsisten, dan Sabam di antaranya dari yang sedikit itu Sabam termasuk yang lebih sedikit lagi yang tetap dengan konsisten dan setia. Tetapi konsistensi dia dengan kelenturan sehingga dia bisa berperan di zaman orde baru, di zaman reformasi seperti sekarang,” kata Laoly.

Dalam ibadah tersebut, Sabam membacakan Mazmur 23. Menurut Yasonna, Mazmur 23 inilah yang mendorong kita semua mampu untuk tetap setia, tetapi juga beradab di tengah dunia politik yang sedang amburadul sekarang ini.

Pada kesempatan itu, Sabam Sirait mengungkapkan Indonesia negara yang kaya tetapi sangat tertinggal. Sebab, ada yang tidak beres dengan etos kerja kita, adanya perilaku korupsi. “Saya yakin dengan 10 tahun kita kerja keras kita bisa mengalahkan Malaysia dan Thailand, dan dalam 20 kita kerja keras kita bisa mengalahkan Korea,” tandasnya.