JAKARTA,PGI.OR.ID-Pendeta Margareth Dharma-Angkuw, Minggu (11/10) merayakan HUT ke 90 di Gedung Utama RS PGI Cikini, Jalan Raden Saleh No. 40 Jakarta Pusat. Perayaan yang dirangkai dalam ibadah syukur ini, selain dihadiri keluarga dan kerabat, juga rekan-rekan di Bidang Kerohanian RS PGI Cikini, serta para dokter.
Meski hanya bisa duduk tenang di kursi roda, istri dari almarhum Pahlawan Nasional Laksda AL Jhon Lie ini, mengikuti jalannya ibadah dengan penuh sukacita dan haru.
Tuhan Yesus Tetap Menggendongku. Demikian tema khotbah yang disampaikan Pendeta Andar Maitimoe. Menurutnya, tema tersebut merupakan janji Tuhan kepada umat, secara khusus kaum lansia.
“Sebab itu, meski lansia jangan merasa tidak berguna, dan disia-siakan, karena Tuhan berjanji akan menggendong mu sampai masa tua, dan sosok Dharma Angkuw bisa menjadi teladan akan hal itu,” jelas Andar.
Usai ibadah, dilangsungkan acara pemotongan kue ulangtahun, dengan didampingi sejumlah teman dekat di antaranya Leony Radius Prawiro.
Menurut Pendeta Marudut Manalu, Pendeta Dharma Angkuw setia terhadap pelayanannya di bidang kerohanian RS PGI Cikini selama lebih dari 40 tahun, dan pelayanannya dilakukan dengan penuh tanggungjawab. “Dia sosok yang disiplin, baik dalam waktu, pola makan maupun dalam menata kehidupan, jadi dia sosok yang tangguh. Kita banyak belajar dari beliau. Kiranya generasi muda bisa menirunya,” ujar pendeta Kerohanian di RS. PGI Cikini ini.
Menilik sejarahnya, pelayanan Pendeta Dharma Angkuw di bidang Kerohanian RS PGI Cikini diawali ketika adanya ajakan Ciel Enklaar-Thomas, istri dari Dr. Ido Enklaar, mantan guru besar di STT Jakarta, untuk membantu dalam pelayanan rohani bagi para perawat di Rumah Sakit PGI Cikini. Saat itu, program pelayanan rohani kepada perawat berbahasa Belanda dilakukan oleh Enklaar dan dr. Hasselaar, pendeta jemaat GPIB Paulus. Sementara yang berbahasa Indonesia dipegang oleh Pendeta Dharma Angkuw.
Ketika Enklaar dan dr. Hasselaar tidak lagi melakukan pelayanan rohani, Rumah Sakit PGI Cikini memintanya menjadi pendeta di rumah sakit tersebut. Setelah berkonsultasi dengan Sinode GPIB dan sang suami Laksda Jhon Lie Tjeng Tjoan, yang saat itu menjabat sebagai Komandan daerah Maritim Djakarta (KDMD), dia pun menerima tawaran itu.
Meski awalnya tidak menerima gaji, pelayanan kerohanian dilakukannya dengan penuh tanggungjawab.
Editor: Jeirry Sumampow