JAKARTA,PGI.OR.ID-Memasuki tahun baru 2017, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menggelar Ibadah Syukur Awal tahun 2017 di Auditorium Lantai 5 Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (4/1).
Dalam kotbahnya, Pdt. Agustinus Setiawidi menegaskan, hidup menuntut kesetiaan, kesetiaan kepada jalan hidup yang telah ditunjukkan Allah. Karena itu ketika ketidaksetiaan, ketidakadilan, kesombongan, dan keserakahan tidak akan dibiarkan oleh Allah. Dengan caraNya sendiri Allah akan berkampanye untuk mengingatkan umatnya. Dan ketidaksetiaan mengakibatkan hukuman. Namun sebaliknya, penyesalan, dan pertobatan membuka jalan baru bagi masa depan dan kehidupan yang lebih baik.
“Inilah kampanye Ilahi, kampanye yang sebenarnya bukan janji-janji manis tetapi semacam pengingat, bahwa kamu sudah tahu kita sudah terikat dalam sebuah perjanjian karena itu marilah sama-sama setia kepada perjanjian yang telah kita sepakati. Kampanye itu mengingatkan bahwa kedamaian, keadilan, kesejahteraan, sudah ada sejak dunia ini diciptakan, dan manusialah yang seringkali menghianatinya,” jelas pendeta dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) ini.
Lanjut Pdt. Agustinus, damai sejahtera sangat terkait dengan keadilan. Damai sejahtera dialami oleh orang yang berkehendak baik, dan damai sejahtera Allah adalah damai yang mengajak manusia untuk ikut serta mewujudkannya.
Berlanjut di Tahun 2017
Usai ibadah, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua mitra PGI yang selama ini telah kerjasama dalam berbagai bentuk, dan diharapkan kerjasama itu dapat terus berlanjut di tahun 2017 ini.
“Sebagai sesama anak bangsa, marilah kita terus berjuang untuk mewujudkan Pancasila dan UUD 45 serta bersama-sama berjuang dalam mengentaskan kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Koordinator Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) Nia Syarifudin. Dalam sambutannya dia menegaskan, keadilan harus terus diperjuangkan bersama-sama, karena di sana-sini masih dijumpai adanya pelarangan dan penutupan rumah ibadah.
“Ini adalah hutang peradaban kita yang masih harus diperjuangkan. Memang sangat disayangkan masih saja ada upaya-upaya untuk menseragamkan. Padahal, keberagaman adalah jatidiri bangsa Indonesia yang tidak bisa dilemahkan bahkan dihilangkan oleh siapapun,” tegasnya.
Nia juga berterima kasih kepada PGI yang selama ini telah menjadi rumah bersama, karena keberadaannya tidak hanya untuk gereja-gereja tetapi juga lintas iman, dalam rangka bersama-sama memperjuangan kebhinnekaan kita.
Sementara itu, Konselor Palestina untuk Indonesia Taher Hammad, pada kesempatan yang sama menyampaikan ucapan selamat Natal 2016 dan Tahun Baru 2017, serta berharap Tuhan memberkati rakyat Indonesia, demikian pula hubungan antara Indonesia dengan Palestina.
Menurut Taher, umat Islam dan Kristen di Palestina hidup berdampingan dalam suasana harmonis. Mereka saling memberi bantuan dalam setiap kegiatan keagamaan masing-masing.
Selain MPH-PGI, Staf, dan karyawan, Ibadah Syukur Akhir Tahun 2017 PGI juga dihadiri oleh sejumlah aktifis lintas iman, pimpinan lembaga gerejawi, pimpinan agama-agama, serta mitra kerja PGI.