Human Trafficking Jadi Isu Utama Konferensi Teologi Internasional Gereja-Gereja Asia Selatan

KUPANG,PGI.OR.ID-Sekitar 30 teolog dan aktivis dari 11 negara di Asia Selatan menghadiri konferensi teologi internasional di Kupang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Global Ministries (GM), sebuah lembaga misi dari gereja United Church of Christ (UCC) dan Disciples of Christ (Christian Church) di Amerika Serikat.

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), salah satu dari sekitar 300 mitra dari GM, menjadi tuan dan nyonya rumah dari kegiatan ini. Melalui tema “Kemitraan untuk Keadilan Allah” konferensi yang berlangsung hari ini, Kamis, (5/4), menjadikan isu kejahatan perdagangan orang sebagai  fokus diskusi.

Rev. Jim Moos

Rev. Jim Moos, Co-Executiv GM, dalam sambutannya mengatakan perhatian pada isu perdagangan orang bukan semata-mata karena isu ini menjadi persoalan di negara tertentu tetapi terutama karena ini adalah masalah kemanusiaan yang mesti diperjuangkan secara bersama-sama.

“Kita memberi perhatian khusus pada isu perdagangan manusia, bukan  karena ini masalah unik di Amerika atau di  Asia tetapi ini adalah masalah manusia dan kemanusiaan itu sendiri. Kita harus berjuang bersama menegakkan keadilan supaya semua ciptaan Tuhan dihargai sebagaimana mestinya. Tidak ada manusia yang boleh diperjualbelikan,” tegas Rev. Jim.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon saat memimpin kebaktian pembukaan mengatakan sebagaimana Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaaan Allah, demikian pula kemitraan antargereja lintas negara dan benua sangat penting guna memerangi kejahatan human trafficking.

“Yesus berkeliling dari kampung ke kampung mengajar orang mengenai Kerajaan Allah. Mengapa kampung-kampung? Sebagai orang Timor, saya merasa Yesus memihak pada orang-orang yang terpinggirkan di wilayah-wilayah yang dianggap pinggiran juga. Orang-orang kampung di desa-desa sangat susah mendapat pelayanan pendidikan dan kesehatan yang baik. Banyak anak kami putus sekolah. Itulah mengapa banyak orang di desa-desa di Timor melihat kampungnya sebagai tempat tanpa harapan lalu meninggalkan kampung ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik,” jelasnya.

Dalam konteks ini Yesus menghadapi realitas yang serupa. Herodes dan pemerintah Roma membangun kota-kota yang bagus dan mewah dengan memanfaatkan pajak melalui pemerasan terhadap orang miskin. Yesus dalam konteks ini memihak pada orang-orang yang tertindas. Ia bersama mereka dan mengajar mereka kehendak Tuhan serta mengajak mereka ikut menolak kuasa dan kejahatan. Ia mengutus murid-murid-Nya dan mengutus kita juga hari ini untuk jalan yang sama.”

Pdt. Mery juga mengingatkan bahwa berjuang untuk keadilan Allah seperti yang Yesus lakukan bukan sesuatu yang tanpa risiko. Namun hal itu tidak boleh melemahkan gereja melaksanakan misi memberitakan Kerajaan Allah.

Pada sesi diskusi hari ini, utusan-utusan dari gereja di Filipina, India, Amerika, Australia, dan Indonesia saling berbagi pengalaman terkait upaya-upaya yang mereka lakukan di negara mereka masing-masing terkait isu perdagangan manusia. (gmit.or.id)

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*