JAKARTA,PGI.OR.ID-Judul lukisan tersebut di atas adalah “Karya Ilahi” yang dilukis oleh Alice Pomstra – Elmont. Pada lukisan tersebut, secara simbolis melihat tangan yang menerima karunia ilahi dan menyebarkannya kepada generasi berikutnya. Setiap hari matahari bersinar di atas tanah tempat hewan dan tumbuhan menemukan tempat. Sayuran dan buah-buah menggambarkan bahwa ada cukup makanan untuk semua orang.
Tujuh (7) Perempuan (Orang Pribumi; Keturunan Afrika (Creoles dan Maroons), Orang-orang Asia dari Cina, India dan Indonesia, Keturunan Eropa, Libanon dan imigran dari Guyana, Brazil dan Haiti) dalam Tata Ibadah HDS 2018 ini melambangkan semua perempuan di Suriname yang menghargai pemberian ini untuk menyebarkannya kepada anak-anak mereka. Angka tujuh juga melambangkan tujuh hari ciptaan Tuhan.
Tata Ibadah Hari Doa Sedunia (HDS) 2018 disiapkan oleh Komite HDS dari Negara Suriname. Tema HDS 2018 adalah “SEMUA CIPTAAN ALLAH, SUNGGUH AMAT BAIK”) (Kejadian 1: 31). Kesaksian Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa tatanan penciptaan dunia ini sungguh amat baik adanya.
Kondisi Perempuan dan Anak di Suriname
Pada tahun 1936 perempuan hanya memiliki hak memilih namun tidak dapat dipilih. Kemudian di 1948 perempuan mempunyai hak untuk dipilih. Pada pemilihan umum tahun 2015 kandidat perempuan hampir mencapai 15%. Dalam pemilihan tersebut 15 perempuan terpilih menjadi anggota dewan dan untuk ketiga kalinya perempuan menjadi ketua dewan.
Informasi lain tentang Perempuan Suriname bahwa mereka tidak memiliki hak yang sama dengan suami mereka, secara khusus berkaitan dengan kepemilikan harta benda dalam perkawinan. Semua harta yang didapat dalam perkawinan adalah atas nama suami.
Suriname telah meratifikasi berbagai keputusan dan hukum internasional berkaitan dengan isu perempuan. CEDAW, misalnya, diratifikasi pada tahun 1993. Suriname juga menandatangani deklarasi MDG’s oleh Dewan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Berkaitan dengan MDG’S, Suriname dapat dikatakan berhasil sebab hampir semua tujuan tercapai. Sebagai contoh, kematian yang disebabkan oleh malaria berhasil diturunkan; kematian akibat infeksi HIV/AIDS berhasil diturunkan setengahnya dari jumlah sebelumnya. Juga ada perkembangan yang siginifikan berkaitan dengan promosi ASI eksklusif selama enam bulan, perawatan ibu dan anak melahirkan serta gerakan wajib imunisasi.
Meskipun ada banyak perkembangan yang baik, namun masih banyak juga kesulitan yang dialami oleh perempuan khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak dasar. Misalnya berkaitan dengan akses terhadap perumahan. Ada sekitar 31% perempuan yang menjadi kepala rumah tangga di Suriname namun hanya 80%nya yang dapat akses terhadap perumahan yang disediakan oleh pemerintah.
Suriname juga telah memiliki undang-undang yang melindungi hak-hak anak. Namun tampaknya secara sembunyi-sembunyi masih ada anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan, khususnya di pertambangan emas. Anak-anak tersebut tentu saja terancam terkontaminasi oleh merkuri.
Republik Suriname terletak di bagian timur laut Amerika Selatan. Nama negara Suriname diambil dari Suku Surinen, salah satu suku asli di sana. Suriname merupakan bagian dari Guianas, suatu wilayah di tengah-tengah Amazon. Kata Guiana berasal dari bahasa Kalina yang berarti “tanah yang subur airnya”. Suriname memiliki banyak sungai dan anak-anak sungai. Lebih dari 90% wilayah negara ini ditutupi oleh hutan hujan tropis. Iklim di Suriname adalah lembab, sebagaimana biasanya di negara-negara tropis. Hampir 90% penduduk Suriname tinggal di daerah pantai. Lebih dari setengahnya tinggal di Ibukota Negara yaitu kota Paramaribo. Kata Paramaribo berarti “kota bunga”. Sekitar 400.000 orang Suriname tinggal di perantauan yaitu di Belanda dan Amerika Serikat.
Kita mengakui bahwa alam ciptaan Tuhan sungguh amat baik. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa di beberapa tempat alam telah menjadi berbeda sama sekali, alam telah rusak. Di Suriname telah terjadi penggunaan merkuri yang tidak bertanggungjawab, yang dapat meracuni manusia dan mahkluk lainnya. Sungai bersih telah tercemar. Banyak yang terancam kehilangan tanah sebab permukaan air laut semakin meningkat dan kurangnya hutan bakau menyebabkan erosi pantai.
Pada perayaan HDS 2018 ini, Perempuan dari Suriname mengangkat suara mereka untuk mengingatkan kita bahwa kita adalah pengurus ciptaan Tuhan! Mereka memperhatikan kebutuhan mendesak untuk peduli terhadap ciptaan Tuhan pada saat lebih dari 180 negara telah menandatangani Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim. Komitmen untuk menjaga agar bumi tetap dingin bergantung pada kebijakan publik yang diterapkan oleh pemerintah, namun juga pada gaya hidup pribadi kita.
Demikian juga dengan PGI, sejak Sidang Raya PGI di Nias 2014, Gereja-Gereja Anggota PGI bersama-sama mengangkat 4 isu utama yaitu: “Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme dan Kerusakan Lingkungan.” Salah satu dari isu utama tersebut adalah tentang kerusakan lingkungan yang juga sedang kita hadapi di Indonesia. Dalam situasi demikian, PGI mengajak seluruh gereja-gereja di Indonesia untuk bersama-sama berdoa bagi Suriname, Indonesia dan seluruh dunia serta turut berkomitmen untuk melakukan tindakan konkrit dalam memelihara alam ciptaan Tuhan.
Selamat beribadah HDS!
Jakarta, 02 Maret, 2018
Repelita Tambunan
Kepala Biro Perempuan & Anak (BPA) PGI
Be the first to comment