Green School 2: Gereja Sahabat Alam

JAKARTA,PGI.OR.ID-PGI melalui Bidang KKC-PGI melaksanakan kegiatan Green School 2: Gereja Sahabat Alam, pada Kamis (4/2). Kegiatan ini merupakan salah satu program rutin yang dilaksanakan dalam menyikapi krisis ekologi, seperti pengrusakan lingkungan dan eksploitasi atas sumber daya alam yang berlebihan, yang dihadapi saat ini.

Slamet Daryoni dari ICLEI dalam materinya, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim menjelaskan, efek rumah kaca salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim. Sebab itu perlu upaya antisipasi untuk menurunkan gas rumah kaca. Penyebab lain yaitu penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil tidak ramah lingkungan karena banyak menghasilkan metana.

Gerakan moral melalui pendekatan agama, jelas Slamet, diharapkan dapat membantu menggerakkan untuk mengubah perilaku yang pada akhirnya dapat menurunkan efek rumah kaca. “Bantuan para tokoh agama lewat khotbahnya sangat membantu, dan ini bisa menjadi langkah awal bagaimana bisa berubah dari personal, kemudian dari situ kita berharap kita menjadi satu pandangan politik dalam wujud dari rumah-rumah ibadah. Selain itu untuk mendorong pemerintah lebih serius dalam rangka pengendalian perubahan iklim,” ujarnya.

Sementara itu, menyoroti Manusia dan Perubahan Iklim dalam Persepektif Kristen, Beril Huliselan melihat, relasi manusia dan bumi dengan segala isinya diletakan ke dalam relasi persekutuan yang saling menghidupi. Dalam persekutuan, bumi dan segala ciptaan tidak ditempatkan sebagai objek ekonomi dan alat untuk memenuhi ambisi manusia. Bumi dan segala isinya merupakan ciptaan yang hidup dan menjadi bagian integral dari kehidupan, seta memungkinkan kehidupan berjalan.

Manusia menjadi bagian integral dalam relasi dengan ciptaan lainnya. Hubungan yang terbentuk bukan hirarkis, melainkan relasi; saling menghidupi satu dengan yang lain. Peran manusia terkait dengan tanggung jawab. “Dalam Kej 1:28 dikatakan, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” ini sama dengan menatalayani atau merawat,” katanya.

Lanjutnya, Allah menciptakan manusia dan menempatkannya dalam persekutuan ciptaan. Manusia diundang untuk ambil bagian dalam tanggung jawab merawat bumi (Kej 2: 19-20). Sebab itu, Beril mengusulkan, agar membangun literasi SDA yang adil dan berkelanjutan, Gereja bersama masyarakat mengupayakan pengelolaan SDA secara ekonomis dalam komunitas, menginisiasi Gereja Sahabat Alam, Dan Gereja bersama masyarakat memetakan SDA dengan tujuan melindungi sumber-sumber tersebut untuk kepentingan bersama, sehingga mengurangi laju kerusakan lingkungan.

Narasumber terakhir, Pdt. Jimmy Sormin pada kesempatan itu memaparkan Panduan Umum Eco-Chruch. Dijelaskan, persekutuan yang Eco-Church yaitu cara pandang dan gaya hidup dari warga gereja atau persekutuan tersebut harus memiliki keselarasan dengan semangat pro-penyelamatan alam. Sehingga dibutuhkan pola pelayanan atau pembinaan yang secara berkelanjutan menekankan semangat ramah dan propenyelamatan alam tersebut. Bahan khotbah, kurikulum katekisasi, materi-materi pelayanan kategorial (seperti sekolah Minggu, ibadah remaja dan pemuda, persekutuan kaum Bapak, persekutuan kaum Ibu, hingga persekutuan Lansia/usia senior), konsep retreat, perayaan-perayaan hari gerejawi, dan berbagai bentuk lainnya, termasuk praktik-praktik.

Menurutnya, warga jemaat butuh media informasi berupa tulisan-tulisan yang bersifat himbauan maupun larangan. Misalnya di toilet dan dapur gereja tersedia tulisan yang mengingatkan untuk tidak membuang-buang air bersih dan sampah sembarangan. Demikian juga himbauan atau larangan buang sampah di dalam maupun luar gedung gereja, serta himbauan memadamkan listrik setiap kali selesai menggunakan ruangan dan fasilitasnya.

Warga jemaat juga perlu diberi edukasi melalui media-media yang dapat diupayakan oleh gereja. Misalnya dalam warta jemaat terus meminta warga gereja untuk mengurangi penggunaan plastik, kertas, tisu, dan barang sekali pakai lainnya. Substansi edukasinya adalah mengajak warga jemaat untuk memiliki gaya hidup (life style) yang ramah atau bersahabat dengan alam. Gaya hidup demikian juga menjadi gaya hidup yang Kristiani.

 

Pewarta: Markus Saragih