GP Ansor-PGI: Bersama-sama Merawat NKRI

Ketum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, saat menyampaikan kegelisahannya terhadap kondisi bangsa ini

JAKARTA,PGI.OR.ID-Menyambut HUT ke 83, Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) melakukan silaturahmi ke sejumlah lembaga, termasuk Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), di Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis (30/3). Mereka diterima oleh MPH-PGI bersama sejumlah staff.

Diskusi bersama di lantai 3 Grha Oikoumene, Jakarta
Diskusi bersama di lantai 3 Grha Oikoumene, Jakarta

Pada kesempatan itu, Ketua Umum GP, Ansor Yaqut Cholil Qoumas, mengungkapkan kegelisahan terhadap adanya upaya menyeragamkan Indonesia. “Belakangan ini ada yang berusaha merebut bangsa ini, yang telah kita perjuangkan bersama tanpa melihat suku, golongan, ras dan agama. Kalau tidak seperti mereka katanya harus disingkirkan, dimusnahkan dan sebagainya,” jelasnya.

Lebih jauh Yaqut menjelaskan: “Tidak ada Indonesia tanpa Kristen, Islam, Katolik, Hindu, Budha dan lainnya, dan tidak ada Indonesia tanpa Jawa, Batak, Manado, dan suku lainnya. Sebagai sesama anak bangsa kita punya kewajiban yaitu merawat NKRI.”

Sebab itu, lanjut Yaqut, GP Ansor mengajak PGI, juga para tokoh agama lainnya, untuk bergandengan tangan menyamakan visi dan cara pandang kita atas bangsa ini. “Apa yang kami lakukan hari ini mungkin hanya langkah kecil dari cita-cita besar, tetapi saya kira harus ada yang memulainya. Kami berharap sesama pemeluk agama kita bersama-sama menjaga keuutuhan NKRI dan Pancasila,” tandasnya.

Ketum PGI, Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang saat menandatangani prasasti yang berisi pesan kepada GP Ansor di HUT ke 83
Ketum PGI, Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang saat menandatangani prasasti yang berisi pesan kepada GP Ansor di HUT ke 83

Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang mengapresiasi kedatangan Pengurus Pusat GP Ansor, serta kontribusi yang telah dilakukan oleh lembaga ini, dalam rangka merawat, dan menjaga kerukunan antar umat beragama, secara khusus antara umat Islam dan Kristen.

Dikatakannya, PGI juga memiliki kegelisahan yang sama atas apa yang terjadi di tengah-tengah bangsa ini.

“Disinilah kita melihat betapa sekarang ini semakin mendesak kita bergandengan tangan untuk menjaga NKRI dan membantu umat agar memahami keberagaman kita.  Ada banyak ujaran-ujaran kebencian yang kini muncul, sehingga memicu pemahaman yang sebenarnya tidak tepat. Termasuk akibat kemajuan teknologi muncul hoax yang bisa memecah belah. Ini realitas yang kita hadapi, dan agama dipergunakan secara salah,” jelas Pdt. Ery, panggilan akrabnya.

Foto bersama usai berdiskusi
Foto bersama usai berdiskusi

Ditambahkan Ketua Umum PGI, perbedaan-perbedaan itu memang ada, dan kita harus saling menghargai. Justru dengan adanya perbedaan-perbedaan itu membuat kita makin diperkaya.

“Banyak yang bisa kita lakukan bersama-sama, misalnya dalam perayaan-perayaan keagamaan. Kita perlu mendampingi umat untuk terbuka, saling belajar dari tradisi yang berbeda dan keyakinan yang berbeda. Saya kira ini hal-hal yang perlu menjadi upaya kita bersama, dan saya sungguh yakin ini memerlukan proses, dan memerlukan kesabaran kita,” katanya.