TORAJA,PGI.OR.ID-Salah satu persoalan utama yang sedang dihadapi paska darurat gempa adalah bagaimana para pengungsi yang tinggal di dalam tenda-tenda dapat masuk ke Hunian Sementara (Huntara) secepat mungkin, karena tenda yang sudah mulai rusak, dinginnya malam, dan terik matahari di waktu siang, belum lagi persoalan lain yang muncul belakangan.
Melihat kondisi itu, Tim Kemanusiaan Gereja Toraja bekerjasama dengan Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) yang dikoordinir oleh Ketua IKT Sulteng Ir. Kristian Seleng dan Ketua Wilayah V Gereja Toraja Pdt. Sila Pasalli, membangun 84 unit Huntara untuk pengungsi korban gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Palu dan Sigi.
Sekarang ini, Tim Kemanusiaan Gereja Toraja sedang melaksanakan proses pembangunan Huntara di sejumlah lokasi, yakni Sidera (18 unit), Jono Oge (30 unit terbagi di 2 lokasi), dan Kota Palu (data sementara 36 unit di 5 lokasi – masih akan bertambah).
Dalam seluruh proses pembangunan Huntara dilakukan dalam koordinasi dengan pemerintah setempat, PMTI dan sejumlah lembaga kemanusiaan lainnya, demi efektivitas pembangunan Huntara. Proses pembangunan juga dilaksanakan bersama dengan warga setempat dan dibangun atas dasar kebutuhan atau kesiapan warga di masing-masing lokasi.
Selain membangun Huntara, relawan Tim kemanusiaan BPS Gereja Toraja yang ada di lapangan juga telah dan sementara ini menyalurkan juga bantuan berupa atap seng, sesuai permintaan warga, ke wilayah Omu sebanyak 3.100 lembar, Sisia 456 lembar, dan Saluki 576 lembar.
Dalam proses pembangunan Huntara di Sidera dan Jono Oge juga mendapat bantuan sejumlah unit MCK dari lembaga kemanusiaan lainnya, serta dukungan tenaga dan peralatan anggota TNI AD dari kesatuan Zipur.
Sejauh ini GT telah menyalurkan bantuan Logistik berupa Beras 36 Ton, Mie Instan 8000 dos, Air Mineral 8000 dos, Minyak Goreng 1500 Ltr, Susu Bayi 1000 Dos, Pempers Bayi 1000 pax, Gula 800 Kg, Ikan Kaleng 800 Kaleng, Terpal 300 lbr, Genset 2 bh, Tangki Air 2 bh, serta sejumlah biskuit, roti, perlengkapan mandi dan pakaian layak pakai. Bantuan disalurkan, selain ke warga Toraja dan Gereja Toraja, juga kepada masyarakat luas yang ada di tenda-tenda pengungsian dan ke Posko Gereja-Gereja (GKST dan GPID).
Selain bantuan logistik, Tim Kemanusiaan Gereja Toraja bersama dengan PGI dan Gereja-Gereja lain, telah melaksanakan pendampingan psikososial pasca bencana. Kegiatan ini masih akan terus berkelanjutan. Hingga saat ini masih terdapat cukup banyak warga yang tinggal di tenda-tenda pengungsian baik di Kota Palu, maupun sejumlah wilayah Kab. Sigi.
Bantuan Logistik makanan juga masih dibutuhkan di beberapa lokasi, khususnya bagi warga yang kehilangan rumah, kebun dan lahan pertanian. Hingga kini telah terkumpul dana melalui rekening khusus dan Posko BPS GT sejumlah Rp 1.377.915.179.
Akibat bencana gempa-tsunami, tercatat 16 jemaat GT meninggal dunia, dan 34 hilang. Sementara terdapat 5 gereja yang roboh dan harus dibangun kembali, yakni di Jemaat Ebenhaezer Omu, Jemaat Mahanaim Saluki, Jemaat Hermon Sisia, Jemaat Betlehem Watatu Donggala, dan Jemaat Pniel Sidera (Relokasi bangunan Gedung Gereja). Ibadah Jemaat untuk sementara dilaksanakan di tenda-tenda.
Pewarta: Aleksander Mangoting
Editor: Markus Saragih
COPYRIGHT © PGI 2018
Be the first to comment