Bencana alam sulit diprediksi, kita hanya bisa melihat tanda-tanda dan menangkap gejala-gejalanya. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dan mengorganisasi kelompok masyarakat dalam rangka melakukan antisipasi sedemikian rupa untuk mengurangi dampak buruk bencana alam dimaksud. Dalam kaitan upaya pengurangan resiko bencana, maka perlu adanya koordinasi dan pelatihan, karena tidak semua orang punya pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan bencana secara baik.
Sehubungan dengan itu, bertempat di Jemaat GPM Titawaai – Nusalaut (11/2), Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) menyelenggarakan kursus CADRE (Community Action for Disaster Response atau Tindakan Komunitas untuk Tanggap Bencana). Bekerjasama dengan Tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI) bentukan Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI), kursus kader dimaksud akan memberi bobot pada materi-materi pembelajaran seperti: mengenal bahaya umum dan kelompok responsi komunitas, bagaimana mengamankan keluarga dan mempersiapkan responsi, bagaimana melakukan pertolongan pertama dengan standar basic life support (BLS), serta bagaimana sistem komando insiden dan TRIASE.
Ketua Umum Pengurus Besar AM.GPM, Pdt. Elifas T. Maspaitella berharap melalui kursus ini, akan semakin meningkatkan skil-skil dasar penanggulangan bencana kepada relawan AMGPM. Dengan peningkatan skil tersebut, maka AMGPM dapat membantu penanganan bencana sewaktu-waktu jika terjadi di Maluku. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara siaga bencana, karena itu, kita perlu melakukan persiapan yang memadai.
AMGPM juga telah melembagakan relawan penanggulangan bencana sampai ke tingkat daerah, kata Maspaitella. Para peserta berharap melalui kursus ini mereka dapat bertindak melakukan pertolongan dan penanggulangan terhadap korban bencana secara tepat, mengingat sebagai daerah kepulauan Maluku saat ini rentan terhadap bencana alam maupun bencana umum, seperti kebakaran dan kecelakaan lalu lintas. Dalam konteks kepulauan Maluku, dengan infrastruktur pelayanan dasar yang belum memadai di pulau-pulau, ambulance laut merupakan salah satu solusi yang strategis dalam rangka melakukan respons cepat penanggulangan bencana, termasuk respons cepat dalam rangka pelayanan dasar di bidang kesehatan.
Peserta kursus CADRE yang berasal dari Ambon, Seram Bagian Barat, Lease, dan Piru sebanyak 25 orang ini, dilatih oleh instruktur berpengalaman yang datang langsung dari Jakarta di antaranya Tim GKI, Asia Disaster Program Course (ADPC) dan 118 (Ambulance Gawat Darurat). Sebanyak 25 peserta pelatihan ini akan bertugas melatih lebih banyak orang lagi sebagai relawan tanggap bencana di Maluku. Sampai berita ini diturunkan, kegiatan kursus sedang berlangsung dan direncanakan akan berakhir pada tanggal 13 Februari mendatang. (ed. HeLo)
Be the first to comment