
Keuskupan Tagbilaran memperingati gempa bumi dahsyat yang melanda Provinsi Bohol dan Provinsi Visayan pada 15 Oktober 2013.
Bencana itu menyebabkan banyak gereja tua yang megah yang telah dinyatakan sebagai warisan budaya nasional telah rusak atau hancur total akibat gempa berkekuatan 7.2 pada skala Richter.
Uskup Leonardo Y. Medroso dari Tagbilaran mengatakan kepada Radio Veritas, yang dikelola Gereja Katolik bahwa banyak yang masih harus dilakukan di provinsi itu untuk membangun kembali gedung-gedung dan banyak gereja warisan yang telah memiliki usia berabad-abad.
“Kami masih membangun kembali apa yang telah hilang selama gempa pada 15 Oktober (2013). Bahkan kami akan memperingati satu tahun tragedi itu pada 16 Oktober dengan membangun kesadaran umat kami … Kami menyiapkan sejumlah program, pementasan drama, dan melukis,” kata Uskup Medroso.
Uskup itu berbagi kisah tentang pembangunan gereja warisan budaya di Bohol, dan pihaknya masih menunggu anggaran dari pemerintah pusat.
Uskup Medroso, yang juga ketua Komisi Warisan Budaya Gereja Konferensi Waligereja Filipina (CBCP), menambahkan bahwa Keuskupan Tagbilaran telah membangun 13 gereja “darurat”.
Menurut dia, gereja-gereja darurat ini dapat dijadikan sebagai sekolah Katolik setelah renovasi gereja tua tersebut selesai.
Sebagian besar gereja yang hancur akibat gempa telah dinyatakan sebagai Warisan Budaya Nasional, Sejarah Nasional, dan telah dilindungi oleh UU Warisan.
Badan-badan budaya nasional telah membentuk “Heritage Task Force” setelah gempa bumi untuk merenovasi gereja-gereja tersebut.
Gereja Loboc di Bohol dibangun oleh Spanyol di abad ke-17 telah roboh. Gereja-gereja di Baclayon, Dauis, Loon, Loay dan Maribojoc mengalami kerusakan yang signifikan dan menara lonceng di Basilika Kecil Del Santo Niño di Kota Cebu juga hancur.
Sumber: ucanews.com
Be the first to comment