PGI – Jakarta. Sekitar 150 orang jemaat dari dua gereja, GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia, Bekasi, kembali terpaksa beribadah di seberang Istana Merdeka Jakarta. Ibadah ini dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih, Kamis (29/5/2014).
Ibadah atau kebaktian ini dilayani oleh 8 orang pendeta. Para pendeta itu adalah Pendeta Palti Panjaitan dari HKBP Filadelfia, Pendeta Benget Tambunan dari Gereja Kristen Indonesia Ampera Jakarta Selatan, Pendeta Roy Simanjuntak (HKBP), Pendeta Dapot Siregar (HKBP), Pendeta Boas Tarigan (Gereja Kristen Indonesia (GKI) Depok, Pendeta Sapta Baralaska (Gereja Sahabat Indonesia) serta Pendeta Huburyanti Marbun (HKBP). Pelayanan Firman dibawakan oleh Pendeta Benget Tambunan dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Ampera Jakarta Selatan.
Dalam khotbahnya, Pendeta Benget Tambunan mengingatkan jemaat untuk terus berjuang, sebagaimana Yesus, yang diimani naik ke Surga, yang juga terus berjuang melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan di dunia.
“Kekuasaan cenderung disalahgunakan, dan kekuasaan yang absolut makin kuat pula kecenderungannya untuk disalahgunakan, korup. Gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia hadir setiap dua minggu di seberang Istana Merdeka ini untuk menjadi kontrol terhadap pemerintahan yang korup, yang mengakibatkan jatuhnya korban warga negara, ketika pemerintah tidak lagi mengikuti Konstitusi negara”, kata Benget Tambunan dalam khotbahnya.
Hingga sekarang, putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, tidak juga dilaksanakan Bupati Bekasi dalam kasus HKBP Filadelfia dan Wali Kota Bogor dalam kasus GKI Yasmin. Pembangkangan hukum yang dilakukan selama bertahun-tahun oleh pemerintah daerah itu, didiamkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa keinginan menegakkan hukum dan Konstitusi Negara.
“Proses politik seakan tidak berkorelasi dengan kehidupan warga negara Indonesia di Jemaat HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin. Pemerintahan daerah berganti, diskriminasi berlanjut terus. Hingga akhir masa jabatan, Presiden SBY pun bertahun-tahun abai terhadap pembangkangan hukum yang terjadi di Bekasi dan Bogor”, kata Bona Sigalingging, Juru Bicara GKI Yasmin Bogor.
“Jangan menyerah, jangan terbuai oleh apapun, termasuk oleh kekuatan uang. Jangan terhisab pada pemerintahan yang korup, tetapi teruslah berjuang bersama menegakkan keadilan”, kata Pendeta Benget Tambunan lagi dalam khotbahnya.
Ibadah Hari Raya ini disemarakkan dengan iringan musik tiup yang dimainkan oleh The North Sumatera Brass, yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa asal Sumatera Utara, Kupang dan Maluku dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Seluruh lagu dalam liturgi ibadah dinyanyikan dengan iringan beberapa jenis alat musik tiup, termasuk lagu Indonesia Raya yang selalu dinyanyikan jemaat usai peribadatan.
Sebuah karya seni jalanan, dibuat oleh Andi ( @rharharha ), dengan tulisan di aspal jalanan seberang Istana Merdeka yang bertuliskan: “Peace and Diversity without Justice is an Illusion” (MS)
Be the first to comment