WCC – Afrika Selatan. Meskipun tantangan yang ditimbulkan oleh kurangnya sumber daya dan kesiapan untuk menghadapi wabah Ebola di Sierra Leone, gereja-gereja di negara itu telah memulai program untuk membangun kesadaran seputar penyakit dan pencegahan Ebola serta bantuan bagi para korban virus Ebola.
Ebun James-DeKam, sekretaris jenderal Dewan Gereja-gereja di Sierra Leone (CCSL), melaporkan bahwa dengan dukungan dari ACT Alliance, kampanye intensif telah diluncurkan oleh gereja-gereja untuk menyadarkan masyarakat dalam merespons krisis Ebola.
Sierra Leone adalah salah satu negara di Afrika Barat di mana sekitar empat puluh persen dari kasus Ebola dilaporkan. Wabah Ebola saat ini telah menjadi kejadian paling mematikan dari penyakit sejak penemuannya pada 1976 Lebih dari seribu orang tewas, menurut laporan media.
DeKam membagikan pandangannya dalam sebuah artikel bahwa CCSL adalah anggota dari Gugus Tugas Ebola di tingkat Nasional di mana melalui gugus tugas ini, gereja-gereja berkesempatan memberi pengaruh kuat terhadap kuantitas, menyuarakan dan memberi dampak komunikasi yang terkait dengan Ebola. “Kami hampir setiap hari menerima berita perkembangan terbaru tentang penyakit Ebola dan ini disebarluaskan kepada mitra lokal dan internasional kami,” kata DeKam.
“Sebagai seorang ibu, saya berpikir tentang jumlah anak yang akan kehilangan orangtua mereka dan karena itu, informasi ini mungkin menjadi alat penghubung mereka ke pendidikan yang baik di rumah dan di sekolah,” tambahnya.
DeKam menjelaskan bahwa dengan badan-badan keagamaan lainnya termasuk misi Katolik, Persekutuan Doa Pantekosta, dan badan-badan Muslim yang berbeda, CCSL adalah lembaga keagamaan yang menangani krisis Ebola dengan “perspektif bersatu”.
Dalam suatu program bernama Through Religious Leaders Task Force on Ebola (PTFE), sesi pelatihan anti-Ebola telah dilakukan masyarakat lokal. Kepala gereja-gereja dan masjid telah berbicara kepada jemaat mereka tidak hanya dari mimbar tetapi pada radio dan televisi. Ember air yang mengandung klor sekarang ditemukan di pintu masuk banyak gereja dan masjid, kata DeKam.
Dr Hans Spitzeck dari Brot für die Welt (Roti untuk Dunia), mitra dari CCSL, mengatakan bahwa komunitas ekumenis sedang belajar tentang situasi Ebola dan bagaimana respons gereja melalui Ebun James-DeKam, sekretaris jenderal CCSL tersebut. Suara DeKam menunjukkan bahwa gereja bukan sekadar tidak berdaya atau kecewa sama Tuhan, tetapi percaya diri, memperoleh informasi, dan aktif.
Dalam pesan terbaru dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC), Dr Isabel Apawo Phiri menyatakan keprihatinan mendalam atas terjadinya Ebola di Afrika Barat.
“Apa yang mempengaruhi satu orang, akan mempengaruhi kita semua”, katanya. Kita menyerukan kepada gereja-gereja “untuk mencari cara yang tepat dalam mendukung saudara dan saudari kita yang terkena virus Ebola, khususnya melalui pelayanan kesehatan Kristen di negara-negara yang terkena dampak dan meluas serta kurang banyak memiliki kebutuhan dasar dan sumber daya untuk menangani secara efektif dan penuh kasih terhadap krisis ini.”
Diterjemahkan oleh: Boy Tonggor Siahaan
Sumber: www.oikoumene.org (WCC)
Be the first to comment