BANDUNG, PGI.OR.ID-Saat ini gereja-gereja tengah memasuki era digital di mana semua informasi di seluruh penjuru dunia dapat diakses melalui gawai yang tergenggam di tangan. Telepon pintar dalam berbagai bentuknya sudah berubah, tak lagi sekadar gaya hidup, melainkan sudah menjelma menjadi kebutuhan primer.
Situasi ini berdampak terhadap berbagai aspek bidang kehidupan masyarakat. Teknologi digital dapat memengaruhi cara berkomunikasi, interaksi interpersonal dan kelompok, politik, pendidikan, bisnis, budaya bahkan praktek-praktek ritual keagamaan. Bisa dikatakan, era digital mengubah kehidupan manusia secara fundamental. Maka pertanyaannya: Bagaimana kita menghadapi realita ini? Apakah kita menghindarinya? Atau justru menyesuaikan diri? Bagaimana pula sikap Gereja?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang digumuli dalam Konsultasi Nasional VII Gereja dan Komunikasi yang dilaksanakan pada 27-30 September 2016 di Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) Fajar Pengharapan, Jln. Pasirkoja No. 58, Bandung. Konsultasi Nasional (Konas) ini bertemakan “Allah Mengangkat Kita dari Samudera Raya” yang diangkat dari Sidang Raya XVI PGI di Nias dengan subtema “Teknologi Digital untuk Keadilan dan Perdamaian”.
Ibadah Pembukaan Konas ini dipimpin oleh Pdt. Dr. Bambang H. Wijaya, Gembala GKPB Fajar Pengharapan Bandung yang sekaligus anggota MPH PGI. Dalam refleksinya, beliau mengatakan pergerakan Gereja harus memperhitungkan konteks masakini yang dihadapinya, dalam hal ini era digital yang ditandai perkembangan pesat media sosial dan situs-situs maya. Gereja diajak untuk berbenah merespons konteks kontemporer ini untuk membarui strategi dan metode pelayanannya.
Diskusi hari pertama membahas tema dan subtema Konas VII Gereja dan Komunikasi. Pdt. Gomar Gultom, M.Th. (Sekum PGI) memberi penjelasan tentang tema Konas, “Allah Mengangkat dari Samudera Raya”. Berangkat dari latar belakang bencana tsunami di Nias, tema ini mengajak umat Gereja untuk peduli terhadap sesama. Untuk itulah, Gereja juga harus terlibat dalam empat persoalan besar kebangsaan dewasa ini, yakni kerusakan lingkungan, ketidakadilan, persoalan intoleransi dan kemiskinan. Menurutnya, keempat persoalan ini perlu dikaitkan dengan pemanfaatan teknologi digital. Ia mengingatkan, teknologi digital juga dimanfaatkan untuk memelihara kerakusan dan egoisme.
Pdt. Gomar Gultom juga menekankan tentang pokok persoalan kemiskinan yang dihadapi negeri ini. “Kerakusan adalah inti dari persoalan masyarakat kita,” tandasnya. Untuk mengatasi persoalan kerakusan ini, spiritualitas keugaharian diajukannya sebagai solusi. Spiritualitas keugaharian setidaknya memiliki tiga dimensi, yaitu keberanian untuk mengatakan cukup, berjuang untuk keadilan dan kesediaan berbagi serta pengendalian diri.
Konas yang dihadiri pegiat/pekerja media dan komunikasi dari berbagai gereja-gereja di tanah air ini menghadirkan Pdt. Dr. Martin Sinaga, dosen STT Jakarta dan STF Driyarkara, yang membedah subtema Konas. Dengan mengusung judul “Berteologi dalam Konteks Guttenberg ke Google”, Pdt. Martin memaparkan bahwa kita sedang berada dalam kondisi tsunami digital. Dampak paling terasa dari tsunami digital adalah hilang otensitas manusia. Hilangnya otensitas inilah yang menjadi asal mula munculnya persoalan-persoalan masyarakat seperti intoleransi, ketidakadilan, dsb. Dalam konteks inilah, Martin Sinaga mengajak Gereja untuk berteologi dan menemukan kembali perannya. Ia mengajak gereja-gereja untuk berkomunikasi secara transkarnational “Christ Has No Body” yang dikutip dari doa Teresa dari Avila oleh Meredith Gould: Christ has no online presence but yours, no blog, no Facebook page but yours. Yours are the tweets through which love touches this world, yours are the post through which the Gospel is shared, yours are the updates through which hope is revealed. Christ has no online presence but yours, no blog, no Facebook page but yours.
Perhelatan Konas berlangsung atas kerjasama YAKOMA-PGI dengan GKPB Fajar Pengharapan, Bandung, dan akan berlangsung hingga 30 September 2016. Pergumulan-pergumulan Konas akan berorientasi di seputar peluang-manfaat teknologi digital, dampak negatif, bagaimana peran Gereja, strategi dan pemanfaatan teknologi digital untuk membangun keadilan dan perdamaian.
Konsultasi ini berlangsung dengan memanfaatkan beberapa metode, mulai dari eksposure, diskusi kelompok, workshop, dsb. Enam puluh sembilan peserta mewakili GKP, GKPI Pematangsiantar, STT GKE, GKJ, LAI, STT HKBP, Migrant Care, Sekolah Tinggi Biblevrouw Laguboti, Germita, Radio Bandung, GTM, PGIW Jatim, CGNTV, Universitas Maaranatha, GIA, GMP, GKPS, GMI, GMIM, GKPPD, Gereja Kristen Protestan Bali, GPPS, GKJTU, STT Amanat Agung, STT Real Batam, PGI Banten, GKMI, GBKP, dan POKJA Yakoma PGI ambil bagian dalam Konas ini.