JAKARTA,PGI.OR.ID-Gerakan Optimisme Indonesia menggelar diskusi secara virtual bertajuk Imlek Indonesia; Rebound Sejarah, pada Minggu (7/2), dengan menghadirkan Keynote Speaker Ketua Umum Dewan Rohaniawan MATAKIN Xs Budi S Tanuwibowo, serta narasumber lain Ketua Umum Generasi Muda Konghucu Indonesia/GEMAKU Js. Kristan, M.A, Sekretaris Umum Indonesian Conference on Religion and Peace/ICRP Romo Johannes Hariyanto, dan Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi.
Diskusi bertujuan agar memahami konsep sejarah Imlek Indonesia sebagai landasan berpikir, bersikap, dan relasi budaya seluruh lapisan masyarakat, dan mendorong pengarusutamaan toleransi beragama di tengah masyarakat heterogen. Selain itu, mendapatkan pengetahuan akademis, ilmiah dari para cendikiawan agamawan dalam pelestarian hari raya keagamaan.
Membuka diskusi, Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI Pdt. Jimmy Sormin dalam sambutannya mengatakan, Gerakan Optimisme Indonesia berefleksi bahwa kebhinekaan dan berbagai nilai positif yang lahir dari keberagaman agama, adat-istiadat, dan kultur yang beradaptasi dengan perubahan zaman, adalah kekayaan negara-bangsa kita yang patut dikelola, dirawat bersama, bahkan terus diangkat dalam berbagai dinamika kehidupan bersama kita.
Sebab itu, Gerakan Optimisme Indonesia diaktifkan, untuk turut serta memotori dan mengkonsolidasi gerakan nasional terkait isu kebangsaan, keberagaman budaya, agama, dan sebagainya yang tentu juga dilakukan beragam organisasi atau lembaga yang tersebar di berbagai penjuru tanah air.
Lebih jauh dijelaskan Pdt. Jimmy, dalam situasi saat ini, kita perlu mengedepankan optimisme sebagai anak-anak bangsa untuk bangkit dari berbagai krisis yang melanda Ibu pertiwi. Optimisme itu pula yang membuat kita tidak larut dalam berbagai kasus atau permasalahan yang tentu tidak akan kunjung usai; melainkan mengalihkan pandangan kita pada berbagai hal yang positif dan konstruktif yang menjadi kekayaan bangsa kita, bahkan menjadi kekayaan dunia untuk menghadirkan keadilan dan perdamaian.
Sebagaimana diketahui, Tahun Baru Imlek bagi penganut Khonghucu merupakan hari raya keagamaan yang sangat penting, sakral dan bermakna. Karena jika ditinjau dari aspek sejarah, Imlek distandarisasi pertama kali pada zaman Dinasti Han (202 SM-220). Bagi penganut Khonghucu penanggalan Imlek dihitung berdasarkan perhitungan kelahiran Confucius (Kongzi/ Khong Hu Cu) yang lahir 551 SM, hal ini bisa dilihat dari tahun Imlek yang jatuh pada saat ini adalah yang ke 2572, hitungan tersebut diambil dari 2021+551 = 2572.
Sedangkan jika ditinjau dari aspek sosial kemasyarakatan makna Imlek adalah semangat bersyukur kepada Tuhan, semangat memperbaharui diri, kekeluargaan serta kebersamaan. Klaim Imlek sebagai Tahun Baru orang Tionghoa adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah, sebab begitulah kenyataannya. Hal ini juga berlaku bagi hari raya Cheng Beng, Pek Chun, Cap Go Meh dsb (yang hari raya tersebut merupakan hari raya agama Khonghucu).
Gerakan Optimisme Indonesia didukung oleh sejumlah lembaga, seperti Seknas ANBTI (Sekretariat Nasional – Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika), Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Yayasan Puan Amal Hayati, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN), Persatuan Umat Buddha Indonesia (PERMABUDHI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Generasi Muda Konghucu Indonesia (GEMAKU), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) Semarang, dan Pemuda Lintas Agama (PELITA) Magelang.
Selain itu, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC), Admin Garis Lucu Sejagad Twitter, Jiwa Muda Indonesia (JMI), Damar Institute, Pusat Media Damai BNPT, Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Tengah, Forum Mahasiswa Studi Agama-agama Indonesia (FORMASAAI), Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Gerakan Kebangsaan Indonesia,, Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Syailendra, Sikh Indonesia, Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI), Indonesian Buddhist Unity, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Majelis Luhur Kebudayaan Indonesia (MLKI), Yayasan Labda Radmila Agrapana, Aliansi Pemuda Lintas Iman Indonesia, dan Banser Satkorwil DKI Jakarta.
Pewarta: Markus Saragih