PGI — Jakarta. Sebuah refleksi nan indah dan apik ditampilkan gereja-gereja anggota PGI dalam momen penahbisan GRHA Oikoumene PGI di Jalan Salemba Raya No. 10 Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2014). Momen itu ditampilkan dalam format liturgi bernuansa keberagaman budaya nusantara untuk menggambar gerakan oikoumene gereja-gereja di Indonesia.
Dengan sangat cerdas dan kreatif, panitia peresmian gedung baru PGI ini mengemas liturgi penahbisan GRHA Oikoumene PGI dengan memadukan beragam nuansa budaya nusantara yang hidup di tengah-tengah kehidupan gereja-gereja di Indonesia untuk merefleksikan bahwa gerakan oikoumene dapat dilakukan dengan menggali budaya lokal masing-masing. Yang lebih menariknya lagi adalah bagaimana kekayaan budaya lokal tersebut dipadukan dalam sebuah perjumpaan yang unik dan menarik. Hal seperti inilah ditunjukkan paduan suara dari GKJ (Gereja Kristen Jawa) Jakarta – Rawamangun yang menyanyikan nyanyian gereja “Monggo Sami Ndherek Gusti” dalam bahasa Jawa dengan iringan alat musik Gendang Tagading asal Sumatera Utara.
Dalam rangkaian liturgi tersebut, muatan budaya nusantara tersebut ditampilkan dengan sangat indah melalui penampilan prosesi palang pintu yang diadopsi dari tradisi pernikahan adat Betawi. Tradisi tersebut sarat dengan berbalas pantun dan disertai adegan pencak silat yang mewarnai pembukaan pintu gedung PGI. Dalam pembukaan pintu gedung PGI tersebut ada dua kelompok, yaitu kelompok MPH-PGI yang hendak masuk ke gedung baru PGI, dan kelompok kedua yang menjaga pintu dengan palangnya. Kelompok MPH-PGI ini harus meminta izin masuk kepada kelompok penjaga palang pintu melalui berbalas pantun. Dalam berbalas pantun tersebut terjadi ketegangan, sehingga harus diselesaikan dengan mengadu kekuatan pencak silat. Tampaknya kelompok MPH-PGI memenangkan adu pencak silat tersebut, sehingga mereka dizinkan membuka palang pintu. Pdt. Yewangoe (Ketua Umum PGI) membuka palang pintu tersebut dengan menebas pohon yang menghalang pintu masuk ke gedung baru PGI dan sekaligus menggunting pita untuk membuka jalan masuk bagi MPH-PGI memasuki gedung baru tersebut.
Nuansa budaya nusantara ikut juga menyemarakkan musik dan kidung gerejawi mengiringi nyanyian jemaat dan persembahan syukur jemaat. Beberapa penari Gondang Batak Toba dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jemaat Sutoyo dengan mengenakan pakaian daerah Sumatera Utara mengedarkan keranjang persembahan untuk mengumpulkan persembahan syukur jemaat dengan iringan Pelengkap Kidung Jemaat 147 “Di Sini Aku Bawa”.
Nyanyian jemaat dalam ibadah tersebut diiringi juga musik kolintang dari Minahasa yang mengiringi PKJ 7 “Bersyukurlah kepada Tuhan”. Lagu KJ 231: “Oh Roh Kudus Ilhami” dalam bahasa Karo dibawakan Jemaat Gereja Kristen Batak Karo Protestan (GBKP) Klasis Jakarta Banten dan lagu PKJ 282: “Tuhan Tolonglah Bangunkan Iman” dibawakan saudara-saudari kita dari Timor dalam versi bahasa Rote.
Be the first to comment