Fransiskus Mote: Jadi Pandu Ingin Belajar dan Lebih Mengenal Banyak Teman

Fransiskus Mote, pandu asal Paniai, Papua.

WAINGAPU, PGI.OR.ID-Perawakannya kurus dan tinggi. Ramah ketika diajak ngobrol. Fransiskus Mote, demikian namnya yang akrab dianggil Frans dan mengaku sudah sejak tanggal 24 Oktober berada di Sumba.

“Saya sendiri saja naik bus dari Bantar Gebang, Bekasi langsung ke Denpasar, perjalanan satu hari satu malam,”katanya. Meski demikian dia senang saja dalam perjalanan itu.

Frans sebagai pandu mengikuti pelatihan pandu nasional di Lewa selama enam hari mulai 24-29 Oktober 2019. “Setelah itu baru kami terjun di Pertemuan Raya Pemuda Gereja (PRPG) di Waikabubak, setelah itu baru sa gabung di Waingapu ini,” kata Frans yang sedang mempersiapkan skripsinya di Universitas YAI, Salemba. “Habis acara ini sa harus menghadap dosen pembimbing untuk asistensi skripsi,”kata pemuda asal Paniai, Papua yang mengambil jurusan Fakultas Teknik Arsitetur.

Pengalaman menjadi pandu kata Frans adalah pengalaman baru bagi dirinya. “Ini pengalaman jadi pandu kedua. Pertama saya jadi pandu untuk acara MPL di Bogor bulan Maret lalu dan sekarang yang kedua di sidang raya ini, Sa ingin belajar dari apa yang saya laukan dan bertemu dengan orang banyak,”ujarnya.

Pengalaman yang paling menarik menjadi pandu di sidang raya ini kata Frans, ia bisa bertemu dengan kepala-kepala gereja dan teman-teman pandu dari seluruh Indonesia dan menambah pengalaman bagi dirinya. “Juga sa bisa menikmati suasana dan keindahan kota di kota ini dan tiap hari di sini sa makan daging terus..hahaha..,” katanya sambil tertawa keras.

Budaya Sumba unik kata Frans. “Sa senang sekali dan hal baru bagi sa, karena setiap kali datang ke rumah warga, mereka menyambut dengan cium hidung dan itu membuat sa merasa diterima,” ujarnya.

Meski lelah menjadi pandu, kata Frans, dirinya berterima kasih sudah diberi kesempatan lewat Biro Pemuda PGI. “Waktu itu sa sering main-main ke kantor PGI karena berdekatan dengan kampus. Lama-lama kenal dengan beberapa pengurusnya, lalu sa diajak untuk ikut kegiatan Asian Ecumenical Youth Assembly (AEYA 2018) di Manado tanggal 6-13 April. Sa bilang, sa mau dan akhirnya diajak acara itu. Jadi setelah itu sampai sekarang sa selalu diajak,” ujarnya.

Sudah hampir sebulan, Frans menikmati menjadi pandu di Sumba. “Rencananya sa akan kembali ke Jakarta pada 17 November nanti. Tapi sa belum tahu pastinya, jadinya sa lakukan saja tugas sebagai pandu dengan senang,”katanya dengan logat Papua yang kental.

 

Pewarta: tim media PGI