FGD Gereja Ramah Anak Menuju Provinsi Ramah Anak, PGIW Jawa Barat

Gerakan Ramah Anak, Menuju Propinsi Jawa Barat Ramah Anak

BANDUNG,PGI.OR.ID-PGI Wilayah Jawa Barat, melaksanakan kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dengan tema “Gereja Ramah Anak Menuju Provinsi Ramah Anak,” yang dilaksanakan di GKI Maulana Yusuf, Bandung (17/2). Kegiatan satu hari ini dihadiri oleh PGIS Bandung, BP POUK, Gereja-gereja anggota dan lembaga pendidikan Kristen.

Pdt. Paulus Wijono, S.Th, MM, sekum PGIW Jawa Barat, dalam sambutan yang mengawali FGD ini mengatakan, sebagai lembaga keumatan di wilayah Jawa Barat, gereja-gereja terpanggil untuk turut serta mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang berkembang dalam hal ini keterlantaran anak (child abandonment) dan kekerasan anak (child abuse). Anak adalah pemilik masa kini dan masa depan dan karenanya PGIW Jabar siap bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait pemerhati anak untuk melaksanakan program ini di wilayah Jawa Barat, khususnya sebagai pilot project di wilayah Bandung dan Bekasi.

FGD yang dimoderatori oleh Pdt. Titin Gultom, M.Th selaku ketua Komisi Perempuan PGIW Jawa Barat, dengan pembuka diskusi dipimpin oleh Pdt. Dr. Margie Ririhena-de Wanna sebagai koordinator Kajian Teologi Sinode GPIB. Dalam paparannya Pdt. Margie menggambarkan kegiatan Gereja Ramah Anak menuju Provinsi Ramah Anak di Jawa Barat ini dibangun karena beberapa alasan:

  • Anak adalah ciptaan Allah yang bermartabat dan berharga di semua ruang, sama seperti orang dewasa (Kejadian 1:27 dan Markus 10:14).
  • Penerapan Konvensi Hak anak
  • Menggereja kontekstual di Jawa Barat merujuk draft renstra PGIW Jabar yaitu mempersiapkan dan membangun ruang aman bagi anak
  • Bonus demografi: puncaknya  akan berlangsung 2020-2030 di mana akan melimpahnya generasi produktif.
  • Generasi digital.
  • Indonesia darurat perlindungan anak
  • Program Pemerintah Pusat: Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030, di mana targetnya adalah 400 Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di mana sistem pembangunan yang menjamin pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak, dilakukan secara terencana, menyeluruh dan berkelanjutan.

Jujun, S.Th sebagai narasumber diskusi dari Lembaga Pendidikan Pancar Berkat, memaparkan fenomena masyarakat yang lekat dengan perkembangan dunia teknologi informasi dan ini memberikan tantangan tersendiri bagi warga jemaat dan juga warga masyarakat di Jawa Barat. Seyogianya sebuah gerakan ramah anak, seperti ini mendorong Gereja-gereja untuk memacu diri mempersiapkan dan membangun ruang aman bagi anak dengan tetap memperhitungkan perkembangan anak sebagai generasi Z dan A.

Narasumber Pdt. Dr. (cand) Magyolin Tuasuun, Majelis Sinode GKP, memaparkan bahwa sebuah ruang aman menjadi penting  agar anak-anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, pengasuhan, perawatan dan perlindungan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini sangat penting untuk memastikan indikator gereja ramah anak di wilayah Jawa Barat secara khusus dengan berkembangnya paham radikal.

Dalam diskusi disepakati sebuah pemahaman bahwa sering kali ada banyak keluarga, gereja, lembaga pendidikan  dan masyarakat melihat anak cenderung sebagai objek yang rentan terhadap sikap diskriminatif bahkan manipulatif orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya. Akibatnya anak-anak menjadi korban terhadap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh orang-orang dewasa dalam gereja maupun oleh lembaga pendidikan Kristen. Hal ini juga terjadi di gereja dan lembaga pendidikan Kristen, ketika dalam menyediakan fasilitas ramah anak sering kali yang sebenarnya mengabaikan konvensi hak anak.

Pdt. Dr. Albertus Patty sebagai narasumber berikutnya dari tuan rumah GKI Maulana Yusuf, menyampaikan beberapa persoalan yang memprihatinkan dalam pelayanan kepada anak-anak, yaitu:

  1. Anak-anak menjadi korban kepentingan politisasi agama orang dewasa.
  2. Anak-anak menjadi korban teologi yang fundamentalistik-radikalistik.
  3. Anak-anak menjadi  korban eksploitasi sexual.
  4. Eksploitasi anak untuk kepentingan dan keuntungan ekonomi.
  5. Anak-anak menjadi korban kekerasan verbal dan fisikal.
  6. Anak-anak menjadi manusia yang mengalami ketidakadilan.
  7. Anak-anak menjadi korban salah asuh orang tua dengan cara terlalu memanjakan mereka.
  8. Anak menjadi obyek dalam perkembangan teknologi digital.

FGD dilanjutkan dengan diskusi dan rencana tindak lanjut di dua wilayah yaitu Bandung dan Bekasi dalam kelompok-kelompok yang secara aktif mendapatkan masukan dari 40 peserta yang hadir dengan komitmen bersama untuk mengembangkan gerakan gereja ramah anak secara bersama.

Tentang Kris Hidayat 1 Article
Komisi Media PGI Wilayah Jawa Barat