Dosen UIN Ar-Raniry diancam setelah ajak mahasiswi Muslim studi di gereja

Seorang dosen UIN Ar-Raniry di Banda Aceh, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), mendapat ancaman bahkan pembunuhan setelah ia mengajak sejumlah mahasiswi Muslim untuk mengikuti studi di sebuah gereja Protestan.

Ancaman itu muncul setelah Rosnida Sari yang mengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi menulis sebuah artikel tentang kunjungan studi tersebut di situs ABC’s Australia Plus http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-01-05/belajar-di-australia-dosen-iain-ajak-mahasiswa-ke-gereja-di-banda-aceh/1401611 pada Senin lalu.

Dalam artikelnya, Sari mengatakan bahwa melalui kunjungan studi tersebut ia mencoba menjadi “jembatan” perdamaian bagi umat Kristiani dan Muslim di kota itu.

Menurut Andreas Harsono, seorang peneliti dari Human Rights Watch yang berbasis di New York, artikel itu beredar luas dalam waktu 24 jam dan memunculkan kontroversi baik di lingkungan kampus dan kota itu sendiri. “Ia mendapat ratusan pesan yang mengancam termasuk pembunuhan,” katanya kepada ucanews.com pada Kamis (8/1).

Harsono yang pernah menjadi dosen tamu di universitas itu mengetahui soal ancaman tersebut setelah Sari meneleponnya pada Selasa dini hari. Keesokan harinya, Sari meneleponnya lagi dan dan mengatakan bahwa “ibu dan adik perempuannya telah pindah dari rumahnya, (mereka) khawatir akan serangan yang mungkin terjadi.”

Sari sendiri sudah pindah ke sebuah tempat yang aman dan nomor telepon genggamnya sudah tidak aktif lagi. Upaya untuk menghubunginya secara langsung tidak berhasil.

Harsono yakin bahwa Sari tidak berniat untuk meng-Kristen-kan para mahasiswi Muslim. “Ia ingin membantu para mahasiswinya untuk mampu melakukan analisa dan verifikasi terhadap informasi sehingga (mereka) menjadi terbuka karena inilah yang dibutuhkan Aceh: generasi muda yang terbuka untuk membangun masa depan mereka,” lanjutnya.

Seorang pastor GPIB, Pendeta Domidoyo Ratupenu, menceritakan bahwa sekitar 17 mahasiswi Muslim datang ke gerejanya pada awal November lalu.

“Bu Rosnida minta saya untuk menjelaskan soal bagaimana kedudukan perempuan dalam Alkitab. Saya lalu jelaskan. Lalu kemudian ada sesi tanya-jawab,” katanya kepada ucanews.com.

“Jadi, saya tegaskan, ini bukan Kristenisasi. Ini semata soal ilmu,” katanya, seraya menambahkan bahwa sejumlah pelajar Muslim pernah datang ke gerejanya untuk tujuan serupa.

Komentar senada disampaikan oleh Elka, salah seorang mahasiswi Muslim. “Kami ke sana hanya untuk belajar studi gender dari agama lain,” katanya, seperti dikutip PortalKBR.com.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Masyarakat Sipil Indonesia pada Kamis (8/1) juga mengecam adanya ancaman terhadap dosen itu. “Kasus ini adalah puncak gunung es dari semakin menipisnya toleransi di tingkat masyarakat … .”

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Propinsi NAD Ibnu Sa’dan mengatakan bahwa dosen itu hendaknya lebih berhati-hati dalam melihat situasi saat ini. “Di Aceh, ini sangat sensitif karena ada Syariat Islam,” katanya kepada ucanews.com.

Propinsi NAD memberlakukan Syariat Islam lebih dari satu dekade lalu.

“Berbeda dengan luar negeri. Ini di Indonesia. Di Aceh, dia (Sari) perlu diingatkan kembali akan norma-norma yang berlaku di Aceh. Seperti Syariat Islam. Contohnya, masuk ke gereja itu dianggap tabu. Ini harus dijaga,” lanjutnya.

Ia juga mengatakan bahwa dosen itu tidak meminta izin kepada dekan sebelum membawa para mahasiswi Muslim ke gereja tersebut. “Ini yang dianggap melanggar.”

Dekan menutup telepon saat dihubungi reporter dan beberapa lama kemudian mematikan teleponnya. Upaya untuk menghubungi sejumlah pejabat di universitas itu pun tidak berhasil.

Dalam sebuah pernyataan , dekan “meminta maaf kepada masyarakat Aceh yang terganggu dengan persoalan ini” dan berjanji akan melakukan upaya pencegahan agar insiden serupa tidak terjadi lagi. Juga disebutkan dalam pernyataan itu bahwa Sari akan dikenai “sanksi akademik” atas apa yang telah dilakukannya.

Merujuk pada ancaman itu, Sa’dan mengatakan bahwa Kanwil Kemenag Propinsi NAD akan bekerjasama dengan kepolisian untuk melindungi Sari.

Katharina R. Lestari & Ryan Dagur, Jakarta

Sumber: www.ucanews.com
Baca juga:  www.ucanews.com/news/lecturer-threatened-after-taking-muslim-students-to-church/72733