
JAKARTA, PGI.OR.ID – Ditengah keprihatinan akan kondisi dunia yang sedang kritis akibat kerusakan lingkungan, perubahan iklim yang tidak menentu dan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban; kemiskinan dan ketidakadilan serta gelombang pengungsi akibat perang dan konflik sosial lainnya, pada Sidang Umum PBB di New York tanggal 25 September 2015, Paus Fransiskus akan berbicara dan menyampaikan pesan di hadapan para pemimpin dunia agar memberi perhatian serius dan mengambil tindakan bersama untuk masa depan dunia dan keselamatan semua mahluk.
Kerusakan alam telah mencapai titik kritis. Perubahan iklim makin ekstrim dewasa ini. Di seluruh belahan dunia, iklim sudah hampir tidak bisa diramalkan lagi. Bencana alam timbul di mana-mana. Dampak dari perubahan iklim telah dirasakan oleh negara-negara, komunitas dan ekosistem dengan ketahanan yang rendah. Resiko yang terkait dengan perubahan iklim telah terjadi di beberapa sistem dan sektor penting dengan kelangsungan hidup manusia, termasuk sumber daya air, ketahanan pangan dan kesehatan yang juga berdampak pada kemiskinana. Pada komunitas dengan ketahanan paling rendah, pengaruh perubahan iklim langsung berhadapan dengan kelangsungan hidup manusia. Dampak kehancuran, kenaikan temperatur dan kenaikan muka air laut akan memperparah dan berdampak pada siapapun.
Di sisi lain, kemanusiaan jatuh ke dalam ghetto. Gelombang pengungsian besar-besaran akibat perang mengakibatkan penderitaan dan hilangnya harapan bagi korban. Pengungsi Suriah dan banyak lagi dari berbagai Negara yang dilanda konflik dan perang adalah korban. Mereka harus melarikan diri dari kampung halaman mereka karena tidak ada masa depan di tanah mereka. Karenanya, mereka mencoba menemukan harapan lagi di negara lain. Masalah pengungsi adalah masalah kemanusiaan, bukan tentang agama atau masalah etnis. Para pemimpin Uni Eropa, PBB harus menyambut mereka dan memperlakukan mereka sebagai manusia. Begitu juga negara-negara Arab agar menaruh perhatian lebih untuk membuat perdamaian di jazirah Arab. Jangan diam melihat tetangga yang menderita.
Akhirnya, ketaksetaraan adalah masalah serius bagi kita. Bukan hanya di negara-negara berkembang, melainkan juga di negara maju. Dengan adanya kesetaraan, maka warga dunia bisa menerima dan menyambut sesamanya. Tanpa kesetaraan maka tidak ada perdamaian yang sejati di dalam satu dunia sebagai rumah bagi semua.
Sebagai tekad bersama untuk kemanusiaan dan Bumi yang satu sebagai rumah bersama yang lebih baik, melalui gerakan “OurVoice.net. Bringing Faith to the Climate Talks”, secara global, di seluruh dunia, dilakukan DOA BERSAMA dibawah tema “UNDER ONE SKY WE WILL LIGHT THE WAY ON CLIMATE CHANGE” pada malam 24 September 2015. Ribuan orang dari berbagai tempat di seluruh dunia, tanpa memandang latar belakang agama, etnis dan bangsa, akan berdoa bersama Paus Fransiskus untuk mendesak para pemimpin dunia agar mengambil tindakan bersama bagi masa depan dunia yang lebih baik.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengundang setiap orang berdoa bersama untuk perubahan iklim, kemiskinan, ketidaksetaraan dan juga solidaritas bagi para pengungsi, pada Hari Kamis, 24 September 2015, bertempat di Grha Oikoumene Jl. Salemba Raya No. 10 Jakarta, pada pukul 20.00 -22.00 WIB.