Diakonia Natal PGI untuk Anak dan Remaja di Kulawi

Kabiro BPR PGI Abdiel Fortunatus bersama anak dan remaja di GPID Betel, Kulawi

Kulawi,PGI.OR.ID-Kepala Biro Perempuan dan Anak (BPA) PGI, Repelita Tambunan, dan Kepala Biro Pemuda dan Remaja (BPR) PGI, Abdiel Fortunatus, memberikan bantuan Diakonia Natal kepada 250 anak dan remaja di Kulawi, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah, salah satu daerah yang terdampak bencana gempa-tsunami, dan likuifaksi, beberapa waktu lalu.

Diakonia Natal berupa perlengkapan mandi (odol, sabun mandi, dan sikat gigi), serta perlengakapan sekolah (tas, alat tulis dan seragam sekolah) diserahkan usai Kebaktian Penyegaran Iman (KPI) di Gereja Protestan Indonesia di Donggala (GPID) Jemaat Betel, yang telah roboh dan beratapkan tenda tanpa dinding, Minggu (13/1).

Turut serta menyaksikan penyerahan Diakonia Natal tersebut, Ketua Umum Majelis Sinode GPID Pdt. DR. Alexander Z. Rondonuwu M Yeol; Ketua I, Pdt. Wilson Wetzler Lampie, S.Th; Ketua III, Penatua Uhut Hutape, SH; Sekum GPID, Pdt. I Gusti Ngurah Bagus Andronikus, M.Th; Wasekum GPID, Pdt. Yenny Christina Sangkalia, M.Si.

Foto Anak-Anak di Kulawi bersama Ka. Biro BPA dan Majelis Sinode GPID

KPI yang dipimpin oleh Pdt. DR. Alexander Z. Rondonuwu M Yeol ini, dihadiri oleh jemaat-jemaat GPID dari berbagai Musyawarah Pelayanan (MUPEL) dan Pos Pekabaran Injil yang ada di Kecamatan Kulawi, termasuk diantaranya anak-anak, remaja dan pemuda.

Pada kesempatan itu, Pdt. Alex, biasa dia disapa, menekankan agar seluruh jemaat GPID tetap memiliki pengharapan akan hidup, dan semangat untuk mau berjuang untuk hidupnya bangkit dari keterpurukan akibat gempa, tsunami, liquifaksi dan longsor. Dia juga mengajak agar jemaat GPID tidak terpengaruh dengan berbagai pandangan yang beredar di masyarakat maupun di media sosial yang mengait-ngaitkan bencana tersebut merupakan hukuman atau kutukan Tuhan atas masyarakat Palu. Melainkan memaknai bencana tersebut dengan berbagi dengan yang lain, bersahabat/memelihara alam yang sudah rusak, dan bersyukur dengan keadaan saat ini.

Disampaikan Ketua Umum Majelis Sinode GPID ini, sebanyak 17.721 orang berada dalam tenda pengungsian dan sebanyak 2000 keluarga kehilangan pekerjaannya. Khusus untuk Sinode GPID ada sebaanyak 91 gereja rusak, 2 gereja tenggelam; 46 orang meninggal, 8 orang hilang tidak ditemukan jenazahnya.

Diakhir ibadah, Repelita Tambunan dan Abdiel Fortunatus mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri, menyapa, dan menyampaikan kata sambutan. Dalam sambutan, selain memberi dukungan dan penguatan kepada Jemaat GPID di Kulawi, keduanya menjelaskan peran PGI secara khusus melalui BPA dan BPR.

Dipenghujung sambutan, mereka mengundang semua anak-anak yang hadir dalam acara KPI ini untuk maju ke depan, dan bernyanyi bersama lagu sekolah minggu yang berjudul “Aku Gereja, Kaupun Gereja”. Dengan penuh sukacita anak-anak ini bernyanyi menjadikan suasana acara pada malam itu terasa hangat.

Proses pengiriman Diakonia Natal menuju Kulawi

Secara simbolik penyerahan Diakonia Natal diberikan kepada perwakilan anak-anak yang hadir maupun juga kepada Pimpinan Sinode GPID yang diwakili oleh Sekretaris Umum Sinode GPID, usai rampungnya keseluruhan acara.

Sebelum seluruh jemaat kembali ke tempat masing-masing, seluruh bantuan Diakonia Natal PGI diserahkan kepada para pendeta, pembina sekolah minggu, atau ketua majelis jemaat sesuai dengan data jumlah penerima Diakonia Natal, yang sudah diberikan sebelumnya melalui pengurus sinode GPID, dan untuk selanjutnya diberikan kepada anak-anak di jemaat masing-masing.

Sebelum kembali ke Palu, Repelita Tambunan dan Abdiel Fortunas berkesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan kelompok Perempuan, Pemuda maupun Remaja. Dari diskusi yang berlangsung terdapat beberapa hal yang menjadi harapan para pemuda dan remaja maupun kelompok perempuan di tempat itu, seperti:

(1) Meskipun aktifitas masyarakat mulai berangsur-angsur kembali normal, sebagian besar dari mereka masih merasakan trauma dan bahkan kekhawatiran terjadi gempa yang akan lebih besar lagi di waktu mendatang. (2) Sebagian besar menghawatirkan kondisi mereka setelah dua bulan kedepan di saat bantuan logistik yang mereka terima semakin berkurang. Mereka berharap dapat mengembangkan ekonomi masyarakat melalui beberapa jenis usaha misalnya pengembangbiakan ternak, budidaya ikan, kopi, coklat dan durian.

(3) Berharap dapat dibekali kemampuan manajemen koperasi agar mampu mendirikan koperasi secara mandiri sehingga dapat menopang perekonomian masyarakat setempat. (4) Khususnya Ibu-Ibu mengharapkan ada yang memfasilitasi kursus mejahit dan menyulam. (5) Pengurus Pelayanan Perempuan GPID Betel menyampaikan bahwa merangkai bunga adalah salah satu peluang pemberdayaan ekonomi untuk dikembangkan karena pemesanan bunga untuk pernikahan dan bunga untuk kematian/kedukaan harus dipesan/dibeli dari Palu yang harganya sangat mahal. Namun sekalipun ini peluangnya besar, menurut Pengurus tersebut “belajar merangkai bunga kedukaan suatu kegiatan yang enggan dilakukan oleh Ibu-Ibu karena takut dengan kematian.”

(6) Ibu-Ibu menginformasikan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan mereka sehari-hari seperti ikan dan sayur-mayur harus menunggu pedagang keliling dengan motor yang datang dari Palu. Mereka sangat mengharapkan bantuan untuk pengadaan pasar di Kecamatan Kulawi agar masyarakat Kulawi dapat menjual hasil kebun mereka.

 

Pewarta: Repelita Tambunan dan Abdiel Fortunatus

Editor: Markus Saragih

COPYRIGHT © PGI 2019

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*