Di usia 72 Tahun, Gereja Toraja Menyiapkan Diri Melayani Generasi Milenial

TORAJA,PGI.OR.ID-Dalam usia yang sudah 72 tahun, maka perjalanan Gereja Toraja, tentu tidak hanya suka duka, tetapi juga berkat silih berganti dalam mengiringi pertumbuhannya hingga kini. Begitu juga dalam menghadapi tantangan sekaligus di dalamnya ada peluang, maka lewat kesempatan ini juga kita resmikan studi dan rekaman yang dikelola oleh Komisi Liturgi dan Musik Gereja Toraja (KLM GT) sebagai salah satu wadah pelayanan khususnya bagi kaum milenial.

Pdt. Musa Salusu, M.Th memberi sambutan saat membuka studio rekaman Komisi Liturgi dan Musik Gereja Toraja yang disarkan secara live.

Demikian sambutan Ketua Umum Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja (BPS GT) Pdt. Musa Salusu, M.Th, saat Ibadah Perayaan 72 Tahun Gereja Toraja di kantor Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja, Senin (25/3).

Lebih jauh diungkapkan, tahun ini juga sudah dilaksanakan sentralisasi jaminan pendeta se Gereja Toraja. Ini memberi ruang kepada jemaat yang ada di kota untuk membantu mengambil peran dalam hal jaminan para pelayan (Pendeta) yang ada di daerah daerah terpencil.

Di bagian lain Pdt. Dr. Alfred Anggui, Ketua I BPS Gereja Toraja mengungkapkan, kerinduan untuk memiliki studio rekaman sudah lama digumuli, khususnya dalam kerangka pelayanan kepada seluruh jemaat dalam lingkup Gereja Toraja yang sudah 1.100, dan tersebar di berbagai daerah sampai ke pelosok, termasuk kampung kampung yang belum dijangkau sinyal dan kendaraan roda empat.

Ibadah pengucapan syukur 72 tahun Gereja Toraja dipimpin oleh Pdt. Soleman Allo Linggi, M.Si (sekum BPS GT) dihadiri sejumlah pendeta yang sudah emeritus, pimpinan unit kerja Gereja Toraja, sejumlah pendeta dan undangan lainnya berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan.

Ibadah perayaan juga dilaksanaan di seluruh jemaat dalam lingkup Gereja Toraja pada Minggu (24/3) sebagai bentuk ungkapan syukur seluruh warga Gereja Toraja mengucap syukur atas penyertaan Tuhan kepada Gereja Toraja selama 72 tahun.

Sidang Sinode Pertama
Menilik sejarah berdirinya Gereja Toraja, maka Gereja Toraja hadir dalam perjuangan panjang dan situasi yang sangat sulit. Semua ini terjadi hanya karena berkat Tuhan sehingga pada 25 Maret 1947 telah nyata sehingga dapat dilaksanakan dan berdiri satu Sinode yaitu Sinode Gereja Toraja yang dilaksanakan di Rantepao, di mana dalam acara itu S.T. Lande mewakili Jemaat Rantepao mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta.

Sidang Sinode Am I (Pertama) Gereja Toraja dilaksaakan pada 25-28 Maret 1947 di Gereja Toraja Jemaat Rantepao. Persidangan tersebut dipimpin oleh Ds. D.J. van Dijk untuk sementara dan penulisnja D. Palinggi

Adapun yang hadiri dalam Sidang Sinode pertama yaitu dari Klasis Rantepao, D. Palinggi dan J. Linting, Klasis Tikala, A.N. Kadang dan H. Karamang. Klasis Sa dan J. Batti dan P. Kobong. Klasis Pangala D. Lallo dan A. Palilu. Klasis Leatung C.D.Ranpo dan F. Bura. Klasis Mengkendek, Panginan dan Rumpa. Klasis Uluwai Roma dan Tupa. Klasis Kuba dan Bokko . Klasis Rembon Limbong dan Turu. Klasis Buakaju Tuling dan Eppang. Klasis Pantilang A.Kadang dan Pawere. Klasis Badjo Tangjong dan Runtuk. Klasis Palopo Rumpa dan Kalontong. Klasis Makassar Matana. Klasis Sekopadang, Tatoha dan Taraku. Klasis Seko Lemo, P. Rapa  dan P. Okko. Klasis Kanandede D. Sumbawa dan J. Lede. Klasis Limbong P. Sangka  dan Mattaku

Dalam persidangan ini terpilih sebagai Ketua I Ds. D.J. van Dijk, Ketua II P. Sangka , Penulis I Tuan D. Palinggi , Penulis II D. Eppang. Selain itu di pilih pula penasehat yaitu Dr. Vander Linde, Dr. H. Vander Veen, Ds. Gelijnse, S.T. Lande , P. Pattikaijhatu, Bombong, Bontong.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*