JAKARTA,PGI.OR.ID-Kondisi terkini kebebasan beragama di Indonesia menjadi bahan perbincangan antara wakil Christian Solidarity Worldwide (CSW) untuk Tim Asia Timur Benedict Rogers dengan MPH-PGI di Lt 2 Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis (9/8).
“Kebebasan beragama dan berkeyakinan tetap menjadi keprihatinan banyak pihak termasuk bagi Christian Solidarity Worldwide,” ujar Benedict, sambil menegaskan bahwa semua orang bebas memilih kepercayaannya dan itulah yang kini menjadi misi CSW.
Benedict menambahkan, awalnya CSW didirikan sebagai kepedulian umat Protestan dan Katolik pada kehidupan umat Kristen di Soviet pada masa komunisme. Seiring berjalannya waktu dan perubahan peta politik, CSW bukan hanya berjuang untuk umat Kristen tetapi juga kepada semua orang yang ditindas karena keyakinannya. Dengan dasar itu juga CSW akan mengganti namanya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman sambil tetap memelihara identitas Kristennya.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian PGI Pdt. Henrek Lokra memaparkan tantangan maupun pencapaian positif dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia. Menurutnya, menjelang pilkada 2018 lalu dan pilpres yang akan datang terjadi peningkatan instrumentalisasi agama yaitu penggunaan agama untuk mencapai tujuan politik yang berakibat pada meningkatnya kekerasan beragama secara verbal. Hal senada juga diungkapkan Kepala Biro Pemuda PGI Abdiel Fortunatus Tanias.
Di sisi lain kekerasan secara fisik justru menurun. Hal ini dibenarkan oleh Sekum PGI, Pdt. Gomar Gultom yang melihat menguatnya politik identitas di tengah masyarakat. Namun patut disyukuri adalah di level nasional justru kesadaran untuk menjaga toleransi beragama justru meningkat baik oleh pemerintah maupun non pemerintah.
Menurut Sekum PGI, Jokowi belum menyentuh isu HAM dari masa lalu maupun kebebasan beragama seperti yang dituangkan dalam NAWACITA, namun masih berfokus pada pembangunan ekonomi, infrastruktur dan revitalisasi birokrasi. Sementara umat Kristen sendiri tetap setia dalam berbagai situasi yang kadang tidak menguntungkan. Misalnya setelah tiga bom diledakkan di Surabaya, umat Kristen tetap memadati gereja-gereja yang melangsungkan ibadah sore.
Perlunya kerukunan antar umat beragama dijaga di level bawah atau akar rumput juga diingatkan oleh Wakil Sekretaris Umum PGI Pdt. Krisye Gosal.
Diakhir perbincangan, Benedict mengundang PGI untuk berpartisipasi dalam dialog antar umat beragama se Asia Tenggara yang akan berlangsung tahun depan. (Samuel Hutagalung)
Be the first to comment