Communique Misi Lintas Iman untuk Solidaritas dan Pelayanan dengan Para Pekerja Migran, Pengungsi dan Orang-Orang yang Terusir

Grha Oikoumene, Jakarta, Indonesia

12-14 September 2018

Sebab ketika aku lapar, kamu memberi aku makan, ketika aku haus kamu memberikan aku minum, ketika aku seorang asing, kamu memberi aku tumpangan, ketika aku telanjang kamu memberi aku pakaian, ketika aku sakit kamu merawat aku, ketika aku dalam penjara, kamu mengunjungi aku (Matius 25:35-36).

Barang siapa menyelamatkan hidup seseorang, menyelamatkan semua kemanusiaan (Al Quran 5:32).

Orang yang abai bekerja untuk keuntungannya sendiri, Arjuna: bekerja dengan bijak untuk kesejahteraan dunia, tanpa memikirkan keuntungannya sendiri (Bhagavad Gita).

 

  1. Lima Puluh dua Pemimpin gereja dan pekerja, para perwakilan dari lintas iman, para migran dan keluarganya, penyedia layanan dan advokasi, pengacara, perempuan, dan pemuda dari tiga puluh lima organisasi, gereja dan lembaga-lembaga di Australia, Banglades, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru,Filiupina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan dan Tailand datang bersama untuk lebih jauh menguatkan persatuan dan kerja sama kita untuk mengatasi masalah perdagangan manusia selama Misi Lintas Iman untuk Solidaritas dan Pelayanan Migran, Pengungsi dan Orang-Orang yang terusir, diselenggarakan secara bersama oleh  Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, National Council of Churches in the Philippines, Kabar Bumi, Migrante International dan Asia Pacific Mission for Migrants di Jakarta, Indonesia pada 12-14 September 2018.
  2. Misi lintas iman ini – melalui konferensi, dialog publik dengan pemerintahan dan kunjungan ke Mary Jane Veloso di Yogyakarya sebagai bagian-bagian utamanya – melanjutkan dan membangun persatuan yang kuat di antara lembaga lintas iman, organisasi pekerja migran di level akar rumput dan kelompok-kelompok advokasi selama kegiatan the Asia Consultation on Human Trafficking and Forced Migration: A Call to Decent Labour and Living Wage, diselenggarakan secara bersama oleh the Christian Conference of Asia, National Council of Churches in the Philippines, Myanmar Council of Churches dan the Asia Pacific Mission for Migrants di Yangon, di Myanmar pada 9-11 Oktober 2017.
  3. Sepanjang percakapan konferensi mengenai Misi, selama satu setengah hari, kami memaparkan pandangan dan refleksi kami secara kelembagaan maupun sebagai pribadi terhadap permasalahan perdagangan manusia, kesulitan yang dialami korban dan keluarga mereka, dan juga tantangan-tantangan yang kami hadapi, tidak sekadar menyiapkan dukungan dan bantuan bagi mereka yang membutuhkan, tetapi juga memberantas perdagangan manusia.
  4. Kami mengutuk/melawan eksploitasi pekerja migran secara sistematis dan struktural. Perdagangan manusia telah menjadi semakin rumit dan mewujud dalam berbagai bentuk: perdagangan seks, perdagangan anak-anak dan bayi, perdagangan pendidikan dan perdagangan buruh. Kami juga menegaskan tanggung jawab utama Negara dan tanggung jawab dari seluruh pihak, termasuk sektor swasta, untuk mengatasi persoalan yang sedang berkembang saat ini. Dalam diskusi, kami berbagi mengenai kemajuan yang dicapai dan kemunduran yang ada, direfleksikan berdasarkan kekuatan dan kelemahan kita, mengidentifikasi sarana dan kesenjangan (gap) yang ada saat kita bekerja menuju dunia tanpa perdagangan manusia, eksploitasi, atau migrasi paksa.
  5. Melalui pelatihan ini, kami semakin menyadari berbagai layanan di tingkat regional yang tersedia bagi para pekerja migran, pengungsi dan orang-orang yang terusir – orientasi dan kesadaran, pertolongan, rumah perlindungan, konseling dan bantuan hukum, pemulangan, penyatuan kembali dan advokasi. Banyak dari kami yang bergabung dalam perjuangan mereka seperti menyediakan penghiburan bagi keluarga yang telah kehilangan orang yang mereka kasihi di luar negeri/di tempat yang jauh. Kami menekankan pentingnya kolaborasi dan koordinasi – seperti permasalahan perdagangan, ekploitasi dan migrasi paksa lintas batas, demikian juga seharusnya dengan kesatuan dan kerja sama. Dalam semua pekerjaan ini, kita memasukan nilai dalam pemberdayaan pekerja migran, pengungsi, orang-orang yang terusir dan keluarga-keluarga mereka. Mereka memiliki hak untuk bicara bagi diri mereka sendiri dan kekuatan untuk mengubah keadaan mereka. Kita tidak hanya bekerja untuk mereka, tetapi kita bekerja dengan mereka.
  6. Kami mendapat inspirasi dari berbagai kemenangan atas kolaborasi dan kerja sama kita menolong saudara-saudari pekerja migran yang membutuhkan pertolongan – Erwiana Sulistyaningsih yang kini adalah seorang pemenang atas haknya sebagai pekerja migran dan membela dirinya sendiri, Mary Jane Velosos, yang terus berjuang demi keadilan dan kebebasannya sampai hari ini, Violeta Agsaway yang akhirnya telah bersatu kembali dengan keluarganya setelah dua puluh tahun hidup tanpa dokumen sebagai pekerja migran, dan banyak lagi yang telah menjadi pemenang, penyintas dan bahkan menjadi pemimpin.
  7. Lebih lanjut, kami berkomitmen untuk meningkatkan dan memperkuat sarana penyambutan dan solidaritas (infrastructure of welcome and solidarity). Kami membangun sarana ini dengan mengombinasikan karya-karya kasih dan keramahtamahan dan karya-karya dalam solidaritas dan keadilan. Kami bergerak untuk memperluas sebuah sistem yang membantu orang-orang mendapatkan rujukan (a system of referral), mengetahui celah (gap) yang ada dan cara kerja untuk memperbaikinya. Kami berkomitmen menggali lebih dalam liku-liku permasalah dalam perdagangan manusia, dokumentasi kasus-kasus, mempelajari semua peraturan dan kebijakan-kebijakan, advokasi terhadap tindakan dan tanggapan pemerintah, dan mengawasi tindakan semua aktor, termasuk kami sendiri. Dari konferensi menuju riset bersama, dari pemetaan sistem pendukung yang ada menuju pengembangan direktori yang tersedia secara cetak dan online, dari jejaring dengan para pengacara rakyat dan menjangkau lebih banyak saudara-saudara pekerja migran, kita bekerja untuk meningkatkan penyediaan layanan, advokasi dan koordinasi di semua level, dari tingkat nasional ke regional kemudian ke tingkat internasional. Kami akan memperkuat jaringan dan kerja sama melalui bingkai seperti the Interfaith Network for the Rights of Migrants (INFORM) dan Churches Witnessing with Migrants (CWWM).
  8. Kehadiran organisasi-organisasi lintas iman telah mengambil tantangan menyuarakan suara mereka dan memaksimalkan sumber daya mereka untuk keperdulian, dukungan dan penguatan para pekerja migran, pengungsi dan orang-orang yang terusir. Bekerja dengan para peyedia layanan, para pembela dan yang paling penting adalah organisasi pekerja migran di tingkat akar rumput, kita telah menjangkau korban perdagangan manusia, para pekerja migran yang terekploitasi dan mereka yang rentan terhadap ekploitasi dan pelecehan saat bekerja pada tingkat-tingkat yang memiliki sifat global yang sama dari berbagai tantangan yang sedang kita hadapi. Bersama-sama, kami mencari sebuah kerja sama lintas iman regional yang kuat di mana sistem pelayanan, dukungan dan solidaritas tidak hanya merespon korban perdagangan manusia tetapi bekerja demi mengurangi masalah-masalah perdagangan manusia.
  9. Pada konferensi ini, kita menguatkan keputusan kita untuk menuntut keadilan dan kebebasan bagi May Jane Veloso sebagai sebuah kampanye yang terkoordinasi. Kami sama sekali belum menang sampai ia dibebaskan dan dipersatukan kembali dengan keluarganya. Kami berharap keberhasilan kampanye untuk menyelamatkan Mary Jane melalui aksi-aksi bersama akan menjadi contoh bagi kasus-kasus serupa di masa depan.
  10. Biarlah solidaritas dan pelayanan kita bergerak lintas warna, jarak, usia, kepercayaan dan keyakinan. Melalui pendampingan pekerja migran, pengungsi, orang-orang yang terusir dan keluarganya untuk menegakkan martabat mereka sebagai manusia, hak-hak dan kesejahteraan mereka, kami berkomitmen untuk berjalan bersama mereka menuju kehidupan yang berkelimpahan bagi semua orang.
  11. Mari kita membayangkan sebuah dunia di mana hak asasi manusia dan martabat dijunjung tinggi setiap waktu, pemerintah dan berbagai aktor yang memiliki tanggung jawab, dan migrasi menjadi pilihan bagi semua.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*