JAKARTA,PGI.OR.ID-Pertemuan tokoh lintas agama bersama Raja Salman yang berlangsung di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta pada Jumat (3/3) berjalan lancar dan penuh keakraban.
Dalam pidato singkat saat membuka pertemuan, antara lain Raja Salman mengatakan, sangat menghargai bagaimana bangsa Indonesia mengelola keragaman dalam kerukunan, dan dia juga mengajak kerjasama dan dialog antar umat beragama demi mencapai toleransi. Semua agama harus dapat menjamin hak-hak azasi manusia.
Raja Salman juga mengajak semua umat untuk bersama-sama memerangi radikalisme, kekerasan dan ekstrimisme; sebaliknya aktif untuk dialog antar umat beragama. Dan, berharap agar semua pimpinan agama yang hadir mendapat petunjuk Ilahi.
Usai menyampaikan sambutan singkat, giliran Presiden Jokowi menyampaikan kata pembuka. Antara lain dia mengatakan, harmoni menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia di tengah keragaman ini dan para pemimpin agama ini merupakan teladan dari toleransi dan saling menghargai satu sama lain.
Selain itu dikatakan Jokowi, kerukunan dan saling menghargai ini merupakan aset Indonesia dan menjadi sumbangan bagi perdamaian dunia.
Kemudian Presiden Joko Widodo bertindak sebagai moderator yang mempersilahkan perwakilan dari setiap agama menyampaikan sambutannya.
Secara umum Mgr Suharyo (Katolik), Suhadi (Budha), Uung Sendana (Konfutsu), Wisnu Bayu Tenaya (Hindu), Henriette Lebang (Kristen) dan Azumardy Azra (Cendekiawan Moslem) mengungkapkan rasa syukur dan berterima kasih atas kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Juga menyampaikan penghargaan atas pertemuan ini.
Mgr Suharyo menyebutkan pertemuan ini sebagai sesuatu yang simbolik dan bisa menjadi tonggak sejarah.
Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang mengharapkan peran agama-agama dapat membangun spiritualitas otentik yang menyegarkan dan menebar keadilan dan perdamaian. Peran Raja Salman, bersama para pemimpin negara lainnya, penting dalam rangka membangun peradaban dunia.
Pdt. Henriette juga mengharapkan agar kerjasama RI dan Saudi Arabia meningkat dengan saling menopang dalam memberi perlindungan bagi yang lemah, terutama para pekerja lintas negara.
Sementara itu, Azumardy Azra mengatakan bahwa pertemuan ini bukan hanya bermakna bagi RI dan Saudi Arabia, tetapi juga bagi masyarakat dunia.
Azumardy menyambut himbauan Raja Salman dalam menghadapi radikalisme dan teror, seraya mengharapkan agar pusat dialog Arab Saudi yang ada di Wina bisa bekerja bersama pusat-pusat dialog yang ada di Indonesia. Menurutnya, hal ini penting bagi moderasi Islam, sebagai sumbangan bagi peradaban dunia, sehingga Islam sungguh-sungguh sebagai Rahmatan lil alamin.
Dalam dialog di Metro TV pagi ini, Sabtu (4/3) Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom mengungkapkan bahwa, apa yang dikatakan oleh Raja Salman ini menepis mitos yang selama ini menyebutkan bahwa Arab Saudi (sebagai pelindung dua kota suci Mekah dan Medina) anti dialog dan keberagaman, dan mitos yang menyebut bahwa mereka memproduksi dan menyebarkan paham moslem wahabi yang menyulut radikalisme. Terbukti Raja Salman memuji bagaimana Indonesia mengelola keberagaman dalam bingkai harmoni dan sekaligus Raja Salman mengajak untuk bersama memerangi radikalisme dan ekstremisme.
Pertemuan ini secara simbolik akan menjadi tonggak sejarah karena Raja Salman mengungkapkan bentuk moderasi sebagai langkah yang harus ditempuh oleh agama-agama bagi perdamaian dunia. Itu berarti Islam moderat sedemikian bisa mengatasi islamophobia yang berkembang di barat.